Bisnis.com, Jakarta – Laporan S&P Global menunjukkan industri manufaktur Indonesia (PMI Manufacturing) masih berada pada level ekspansi, meski turun menjadi 52,9 pada April 2024, atau lebih rendah dibandingkan 54,2 pada Maret 2024.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan fase ekspansi industri manufaktur Indonesia telah berlangsung selama 32 bulan berturut-turut. Bahkan, jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan Tiongkok dan Amerika Serikat.

Ia meyakini situasi ini menunjukkan bahwa industri masih terus berkembang. Perusahaan manufaktur masih meningkatkan aktivitas pembelian dan peningkatan inventaris dalam beberapa bulan mendatang.

“Ini merupakan kabar baik dan berarti produktivitas terus memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor,” kata Agus dalam keterangan resmi, Sabtu (5 April 2024).

Selain itu, PMI manufaktur Indonesia stabil dan kuat di tengah tantangan dinamika geopolitik. PMI manufaktur Indonesia pada April 2024 mampu melampaui PMI manufaktur ASEAN (51,0).

Selain itu, PMI manufaktur juga lebih baik dibandingkan Thailand (48.6), Malaysia (49.0), Myanmar (49.9), Taiwan (50.2), Vietnam (50.3), Filipina (52,2), China (51.4), Jepang ( 49.6) ) ), Korea Selatan (49.4), Inggris (49.1) dan Amerika Serikat (50.0).

“Beberapa pesaing kita di sektor manufaktur masih mengalami kontraksi seperti Thailand, Malaysia, Jepang, dan Korea Selatan. 52,9 poin ini juga masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata PMI ASEAN (51,0),” jelasnya.

Keadaan PMI manufaktur juga sejalan dengan Indeks Keyakinan Industri (IKI) April 2024 sebesar 52,3.

Berdasarkan laporan IKI, subsektor yang paling optimis dalam enam bulan ke depan adalah industri kertas dan produk kertas, disusul industri percetakan dan reproduksi media suara, serta industri makanan.

Tingginya optimisme tersebut disebabkan oleh kepercayaan pelaku usaha terhadap kebijakan pemerintah pusat dan membaiknya kondisi perekonomian global ke depan.

“Kami tetap fokus menerapkan kebijakan strategis untuk mewujudkan industri yang berdaya saing, yaitu melalui program substitusi impor, peningkatan penggunaan produk dalam negeri (P3DN) dan hilirisasi sumber daya alam,” jelasnya.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel