Bisnis.com, Jakarta – Institute for Economic Development and Finance (Indef) menyarankan pemerintahan Prabowa Subianto-Gibran Rakabuming untuk meningkatkan daya beli masyarakat pasca dilantik pada 20 Oktober 2024, setidaknya pada 100 hari pertama.

“Kalau kita cermati permasalahan lama itu banyak sekali, industri dan jenisnya berbeda-beda. “Tapi tetap saja, apa yang ingin dilakukan dalam 100 hari pertama tergantung pada apa yang orang sebut sebagai kemenangan cepat pemerintahan baru, menurut saya itu adalah daya beli,” kata Wakil Direktur Indef Eko Lisianto dalam debat tersebut. di Jakarta, Selasa (25 Juni 2024). 

Ia mengatakan, peningkatan daya beli masyarakat menjadi kunci percepatan pertumbuhan ekonomi Indonesia di awal transisi pemerintahan.

Dengan membaiknya daya beli, kata Eco, kemungkinan ekspektasi pertumbuhan ekonomi akan berubah menjadi lebih baik.

Eco mengamini bahwa kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap pertumbuhan ekonomi masih dominan meski pada kuartal I tahun ini.

Namun, menurut penjelasannya, indikator perekonomian justru tertolong oleh percepatan konsumsi belanja negara yang akibat pemilu parlemen meningkat kurang lebih 2 kali lipat dari biasanya.

“Pada triwulan I 2024, konsumsi rumah tangga tidak akan mencapai 5%. Saya tanya kepada para pebisnis, biasanya mereka menargetkan minimal 40% penjualannya bisa terserap saat lebaran. “Tapi ternyata angkanya [konsumsi rumah tangga] [tumbuh] hanya 4,91%, di bawah 5%, mungkin pertama kali dalam kondisi normal,” kata Eco.

Kemudian, meski Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Mei 2024 berada pada level optimis, Eco mengingatkan indeks tersebut turun dari sebelumnya 127,7 pada April 2024 menjadi 125,2 pada Mei 2024.

Kendati demikian, menurut Indef, sektor konsumen masih mempunyai peluang hingga akhir tahun. Eco memperkirakan konsumsi akan meningkat seiring libur Natal dan Tahun Baru, serta lonjakan menjelang Pilkada 2024. 

Di sisi lain, pemerintahan Prabowo-Gibran juga akan menghadapi beberapa tantangan, seperti risiko kenaikan cukai dan rencana PPN 12 persen pada tahun 2025, inflasi di bidang pendidikan, risiko harga BBM dan LPG, serta kenaikan harga. dalam harga bahan pokok.

Eco juga mengingatkan bahwa mencapai pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 7% bukanlah hal yang mudah. Jika rumusan kebijakannya tidak jauh berbeda dengan saat ini, ia memperkirakan pertumbuhan ekonomi hanya sampai 5%.

“Indef sendiri tidak memperkirakan 5% di tahun 2024, kita malah lebih rendah lagi, hanya 4,8%, dan belum direvisi karena di kuartal I saja nilainya hanya 5,11%,” kata Eco. (Ahmad Yahya)

Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan saluran WA