Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menilai relaksasi harga jual gula pasir di toko ritel perlu kembali diperpanjang, mengingat kebijakan ini akan berakhir pada 31 Mei 2024.

Ketua Umum Aprindo Roy N. Mandey mengatakan keringanan ini sangat membantu para pemasar untuk memenuhi pasokan gula di wilayah perbelanjaan terkini, di tengah kenaikan harga gula.

“Saya kira harusnya [ditingkatkan],” kata Roy saat ditemui di Pendopo Kota Kasablanka, Rabu (29/5/2024).

Menurut dia, rencana bantuan ini merupakan salah satu upaya pemerintah dalam memberikan akses pangan pada tingkat masyarakat. 

Jika relaksasi harga acuan gula pasir dihilangkan, ia khawatir akan terjadi kelangkaan barang di wilayah perdagangan terakhir karena para pedagang tidak mampu memenuhi barang tersebut akibat tingginya harga gula di tingkat produsen. 

“Pada akhirnya kami tidak membelinya dan pada akhirnya jarang tersedia di toko-toko. “Mungkin kita tidak akan membeli dengan harga tinggi dan membeli dengan harga rendah,” ujarnya. 

Sebaliknya, harga gula pasir di tingkat konsumen kini berada di atas Rp 17.500 per kilo. Berdasarkan data Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), Rabu (29/5/2024) pukul 20.19 WIB, rata-rata harga gula nasional mencapai Rp18.370 per kilogram atau turun 0,22% jika dibandingkan hari sebelumnya.

Dibandingkan bulan sebelumnya, harga gula pasir mengalami kenaikan sebesar 1,82% (bulanan/mtm) dari Rp18.040 per kilogram pada April 2024.

Pemerintah melalui Bapanas menaikkan harga jual modern sale menjadi Rp 17.500 per kilo – Rp 18.500 per kilo mulai 5 April hingga 31 Mei 2024 berdasarkan lokasi. Dulu Panas mematok HET Rp 14.500 per kilo – Rp 15.000 per kilo.

Ketua Bapanas Arief Prasetyo Adi sebelumnya mengatakan, perubahan harga gula merupakan upaya pemerintah menanggapi keluhan pedagang terhadap mahalnya harga gula.

Arief mengatakan tingginya harga gula saat ini disebabkan oleh kenaikan harga gula di pasar internasional dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Pengistirahatan juga dilakukan untuk menjamin persediaan dan pasokan gula segar untuk dijual sebelum masa giling.

Oleh karena itu, ini adalah peluang kita untuk meningkatkan produksi dalam negeri. “Sebentar lagi akan tiba waktunya untuk menggiling tebu,” kata Arief pada Februari 2024.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel