Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir angkat bicara soal restrukturisasi PT Indofarma Tbk. (INAF) masih berlangsung. 

Dalam upaya restrukturisasi ini, selain mengambil tindakan tegas terhadap penipuan dan penipuan, Eric juga fokus pada perbaikan model bisnis INAF.

“Tapi yang paling penting adalah melihat bagaimana bisnis modeling harus ditingkatkan,” kata Eric di kantor BUMN, Jumat (11/1/2024).

Eric mengatakan, seharusnya Indofarma awalnya fokus pada produksi obat herbal. Tujuan ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap obat impor dengan memproduksi obat herbal dari sumber daya lokal yang tersedia.

Eric juga melihat potensi jamu Indonesia tidak kalah dengan India dan China. Menurutnya, pengobatan herbal merupakan salah satu metode pengobatan alternatif di dunia yang dinilai aman dan efektif.

“Sayangnya kembali ke tata kelola perusahaan yang baik, kalau dilanggar tidak benar. Jadi sekarang di Indofarma kita kembali ke langkah awal yang sehat,” kata Eric.

Oleh karena itu, Kementerian BUMN kini akan kembali fokus menyehatkan Indofarma. Salah satu upaya yang dilakukan pihak tersebut adalah dengan melakukan pembicaraan dengan beberapa mitra dan individu yang dapat menjamin produk Monrma.

“Tetapi saya ingin pemodelan ini memiliki checks and balances.” Karena dengan check and balance, menurut saya ini cara yang efektif bagi BUMN saat ini dan ke depan,” kata Eric.

Sementara itu, Indofarma menghadapi banyak permasalahan, mulai dari permasalahan keuangan hingga permasalahan penipuan yang ditimbulkan oleh organisasinya. 

Hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menetapkan INAF dan organisasinya melakukan aktivitas yang menunjukkan adanya kecurangan. Mulai dari penipuan transaksi, pinjaman online, hingga perbaikan laporan keuangan.

Di sisi lain, kinerja keuangan INAF mencatatkan hasil negatif pada periode 2020-2023. Laba perseroan turun 99,65% year-on-year (periode yang sama tahun sebelumnya) menjadi Rp 27,58 juta pada tahun 2020. Setelah itu, INAF terus mencatatkan kerugian sebesar Rp 37,58 miliar pada tahun 2021, lalu meningkat menjadi Rp 428,46 miliar pada tahun 2022 dan Rp 37433. miliar pada tahun 2023.

Kekerasan yang melanda Indofarma berdampak pada para pekerja. Pada Agustus 2024, Serikat Pekerja (SP) Indofarma mengadukan perusahaan yang menunggak gaji pekerja Indofarma, serta PT Indofarma Global Medika (IGM) senilai Rp 95 miliar. 

Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan saluran VA