Bisnis.com, JAKARTA – Penjualan mobil di PT Astra International Tbk. (ASII) pada September 2024 masih akan melambat seiring dengan menurunnya penjualan mobil nasional. Meski demikian, ASII berhasil mempertahankan pangsa pasar penjualan mobil sebesar 55% pada September 2024.

Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, total penjualan grosir mobil nasional mencapai 72.667 unit pada September 2024, turun 9,07% year-on-year (y/y). Penjualan mobil di Tanah Air juga mengalami penurunan sebesar 2,79% secara bulanan (month-on-month).

Sementara penjualan mobil Astra turun 8,97% y/y menjadi 40.096 unit pada September 2024. Penjualan mobil Astra pun turun 4,97% pada bulan tersebut.

Sementara penjualan mobil Astra ditopang Toyota dan Lexus yang mencapai 25.591 unit. Saat itu, penjualan mobil Daihatsu mencapai 12.676 unit, dan Isuzu – 1.670 unit.

Pada segmen Low Cost Green Car (LCGC), penjualan mobil nasional turun 14,43% year-on-year menjadi 14.673 unit pada September 2024. Penjualan mobil nasional LCGC pun turun 6,49% year-on-month. Astra juga mengalami penurunan penjualan LCGC sebesar 15,86% YoY dan 12,65% MoM menjadi 10.222 unit pada September 2024.

Meski mengalami tren penurunan, emiten bersandi ASII ini mencatatkan pangsa pasar yang stabil sebesar 55%.

“Astra senantiasa menghadirkan produk-produk berkualitas dan memberikan pelayanan terbaik untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dengan menjaga jaringan penjualan di seluruh Indonesia.” Kami berharap dapat terus memberikan kontribusi positif bagi industri otomotif nasional,” kata Head of Corporate Communication Astra Boi Kelana Soebroto melalui surat tertulis. pernyataannya dikutip Bisnis, Minggu (14/1/2024).

Boj sebelumnya mengatakan pada paruh kedua tahun ini, perkembangan bisnis otomotif Astra sangat bergantung pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. 

“Ke depan, kami berharap kondisi perekonomian di Indonesia terus membaik sehingga dapat menopang daya beli masyarakat,” kata Boi kepada Bisnis awal bulan ini (10/1/2024).

Menurut dia, pasar mobil memiliki sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi angka penjualan, termasuk suku bunga. Berdasarkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 17-18 September 2024, Bank Indonesia (BI) memang memutuskan untuk menurunkan suku bunga dasar sebesar 25 basis poin menjadi 6%. Ini merupakan penurunan suku bunga pertama sejak Agustus 2022. 

Biasanya suku bunga berpengaruh langsung terhadap keputusan pembelian konsumen. Dari sisi pembiayaan usaha jasa keuangan yang bersumber dari kombinasi pinjaman bank dan obligasi, perubahan suku bunga juga mempengaruhi biaya pendanaan perusahaan.  

“Namun secara umum dampak suku bunga terhadap operasional perusahaan tidak langsung terasa, hanya dampak yang tertunda,” kata Boye.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan saluran VA