Bisnis.com, JAKARTA – Produsen mobil raksasa asal Jepang, Toyota Motor Corp kembali mengalami penurunan penjualan pada Agustus 2024, terutama di pasar Jepang dan China. 

Hal ini disebabkan oleh terhentinya produksi akibat skandal keselamatan di Jepang dan penarikan produk di luar negeri, khususnya di Amerika Serikat (AS).

Toyota melaporkan total produksi globalnya, termasuk anak perusahaannya seperti Daihatsu Motor Co. dan Hino Motors Ltd pada Agustus 2024 hanya mencapai 808.023 unit atau turun 12,6% dibandingkan tahun lalu. Penjualan global juga turun 3,7% dibandingkan periode yang sama tahun 2023.

Sementara penjualan Toyota di Jepang turun lebih dari 9%. Penyebab utamanya adalah skandal manipulasi sertifikat uji keselamatan yang melibatkan beberapa model mobil Toyota. 

Kasus ini memaksa Toyota menghentikan produksi model yang terkena dampak, yang berdampak negatif pada penjualannya di pasar domestik, tulis laporan Bloomberg yang dikutip Sabtu (28/9/2024).

Meski permintaan mobil listrik semakin menurun, namun mobil hybrid keluaran Toyota tetap diminati pasar. Namun secara keseluruhan, penjualan mobil baru Toyota mendapat tekanan akibat persaingan yang semakin ketat, terutama di China.

Di China, penjualan Toyota turun 13,5% pada Agustus 2024. Perang harga dengan perusahaan mobil lokal seperti BYD Co. terus menekan pangsa pasar Toyota di Tanah Air. Total penjualan di China hanya mencapai 152.065 unit.

Menurunnya minat terhadap mobil listrik juga menyebabkan Toyota dan beberapa produsen mobil besar lainnya mengurangi target elektrifikasinya. Bulan lalu, Toyota menurunkan target penjualan kendaraan listrik baterai (BEV) 2026 dari 1,5 juta unit menjadi hanya 1 juta unit.

Selama Agustus 2024, Toyota berhasil menjual kendaraan listrik BEV sebanyak 12.682 unit dengan mayoritas penjualan terjadi di luar Jepang. Di sisi lain, penjualan kendaraan hybrid Toyota mencapai 336.848 unit, meningkat 22% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. 

Di Jepang, mobil hybrid dan mobil berbahan bakar konvensional (mesin pembakaran internal/ICE) masih lebih populer dibandingkan mobil listrik.

Alhasil, dalam upaya menjaga stabilitas keuangannya, Toyota meningkatkan program pembelian kembali sahamnya menjadi 1,2 triliun yen atau US$8,3 miliar, dengan tambahan 200 miliar yen dari rencana yang diumumkan Mei lalu.

“Meski menghadapi berbagai tantangan, Toyota masih menunjukkan hasil yang cukup solid. Pada kuartal yang berakhir Juni 2024, perseroan berhasil mencatatkan laba operasional sebesar 1,31 triliun yen, meningkat 17% dibandingkan periode yang sama tahun lalu,” tulis laporan tersebut.

Di sisi lain, produsen mobil Jepang lainnya juga menghadapi tantangan serupa. Misalnya Honda Motor Co. melaporkan penurunan produksi global sebesar 11,3% pada Agustus 2024, dengan total produksi mencapai 307.870 unit. 

Di Tiongkok, output Honda turun lebih dari 29% setelah perusahaan tersebut memberhentikan pekerja dan menghentikan produksi di beberapa pabrik.

Honda juga mengambil langkah untuk mempercepat transisi ke mobil listrik dengan mengurangi produksi mobil berbahan bakar bensin sebesar 19%. Sementara penjualan global Honda Agustus 2024 turun 4,7% menjadi 309.477 unit.

Sementara itu, Nissan Motor Co. juga mencatatkan penurunan produksi sebesar 15,5% di bulan Agustus menjadi 236.016 unit. Penjualan Nissan pun turun 5,5% menjadi 244.279 unit. 

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel