Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Efek Indonesia (BEI) meminta tanggapan manajemen PT Bank Pembangunan Daerah Banten (Perseroda) Tbk. atau Bank Banten (BEKS) tentang penurunan cadangan devisa sekaligus peningkatan kredit bermasalah (NPL).

BEI mencatat terjadi peningkatan jumlah pinjaman berbunga khusus, pinjaman non-standar, dan pinjaman tanpa jaminan yang sebelumnya masing-masing sebesar Rp37,48 miliar, Rp4,25 miliar, dan Rp3,8 miliar menjadi 3,08 per 31 Desember 2023. Rp triliun menjadi Rp 4010 dan Rp 17,99 miliar pada 30 Juni 2024.

Dampaknya, indikator tersebut akan menyebabkan rasio NPL total meningkat dari 9,36% pada 31 Desember 2023 menjadi 9,76% pada 30 Juni 2024. 

Sementara itu, penyisihan penurunan nilai mengalami penurunan dari Rp365,75 miliar per 31 Desember 2023 menjadi Rp320,22 miliar per Juni 2024, sehingga rasio NPL menurun dari 1,09% per 31 Desember 2023 menjadi meningkat 1,74%. per 3022 Juni 3023.

Kepala Biro Akuntansi dan Perencanaan Keuangan Bank Banten Purbaji Basuki mengatakan, penurunan CKPN dari Rp365,75 miliar pada 31 Desember 2023 menjadi Rp320,22 miliar pada Juni 2024 dicapai melalui penerapan tarif CKPN baru. 

Ia menyatakan, kriteria tersebut merupakan hasil penilaian menyeluruh terhadap beberapa aspek, termasuk identifikasi debitur, yaitu penilaian terhadap debitur yang memenuhi kriteria CKPN individu dan CKPN kolektif. 

“[Kemudian] remapping produk/jenis pinjaman, dimana terjadi perubahan pemetaan data produk-produk yang memiliki struktur kredit serupa, untuk menyesuaikan tarif CKPN dengan karakteristik pinjaman,” ujarnya dalam keterbukaan informasi, Rabu. (16/10/2024).

Aspek yang juga diperhatikan adalah penentuan agunan tunai, peminjam yang memiliki agunan berupa agunan tunai diberikan tingkat bunga CKPN yang lebih rendah sesuai dengan risiko yang lebih terukur.

Terakhir, aspek penyesuaian perspektif, yaitu penyesuaian yang dilakukan berdasarkan kondisi makroekonomi terkini dan sesuai dengan produk perbankan Bank Banten. 

“Pemberlakuan tarif baru akan menyebabkan penurunan cadangan karena peminjam dengan profil risiko lebih rendah akan menerima tarif lebih rendah,” ujarnya.

Namun, kata Purbaji, meski CKPN sudah diturunkan, perseroan akan terus memantau kredit bermasalah untuk memastikan tidak ada risiko signifikan di kemudian hari.

Sementara itu, BEKS mengungkapkan sejumlah peminjam yang mengalami penurunan kualitas kredit umumnya berasal dari segmen korporasi.

Beberapa perusahaan di sektor konstruksi dan perdagangan disebut mengalami tekanan likuiditas akibat tertundanya proyek dan berkurangnya permintaan. Artinya peminjam di sektor ini mempunyai masalah dalam memenuhi komitmen pinjamannya tepat waktu. 

Kemudian, segmen UKM sektor ritel dan jasa juga terkena dampak melemahnya daya beli masyarakat pada periode laporan sehingga berdampak pada peningkatan kredit khusus (SCR) dan kredit nonstandar.

Ke depan, Bank Banten telah menyusun strategi jangka pendek dan jangka panjang untuk mengurangi potensi peningkatan kredit bermasalah dan pengelolaan utang yang efektif.

Pertama, perkuat analisis risiko kredit Anda dengan melakukan penilaian komprehensif, termasuk analisis mendalam terhadap industri peminjam. 

Kedua, mengembangkan sistem peringatan dini (early warning system) dengan menggunakan sistem peringatan dini (early warning system) untuk mendeteksi tanda-tanda awal kerusakan kredit sehingga dapat diambil tindakan sebelum suatu kredit masuk dalam kategori bermasalah.

Selain itu, Bank Banten melakukan diversifikasi portofolio kredit dengan memperluas segmen peminjam di tempatnya bekerja.

Selain itu, mempercepat penyelesaian kredit bermasalah dengan mengintensifkan upaya penyelesaian kredit bermasalah dengan menggandeng litigator, penasihat keuangan, dan pihak eksternal lainnya untuk menyusun strategi pemulihan utang. 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan Channel WA