Bisnis.com, JAKARTA – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memperkirakan produksi minyak sawit mentah (CPO) Indonesia akan turun pada kuartal I 2025. Dampaknya, harga CPO diperkirakan akan naik.

Sekretaris Jenderal Gapki M. Hadi Sugeng mengatakan penurunan produksi CPO disebabkan oleh meningkatnya hari libur seperti Tahun Baru 2025 dalam rangka Idul Fitri. Dampaknya, konsumsi minyak sawit dan turunannya akan meroket.

“Kami memperkirakan produksi akan menurun pada kuartal I dan II [2025], terutama pada kuartal I. Siklus tahunan rata-rata terjadi setelah kuartal IV, pada kuartal I [2025] produksi akan menurun sehingga menyebabkan permintaan meningkat. . akan cukup tinggi,” kata Hadi di Jakarta, Selasa (22/10/2024).

Alhasil, Gapki memperkirakan harga minyak sawit mentah bisa mencapai kisaran 3.700 hingga 4.500 ringgit.

“Mudah-mudahan tahun depan kita bisa mencapai jumlah sekitar RM4.000 hingga Juli 2025,” ujarnya.

Lebih lanjut, Hadi menjelaskan produksi CPO dan minyak inti sawit mentah (CPKO) Indonesia diperkirakan tidak akan meningkat dua digit, melainkan akan turun sebesar 5% pada akhir tahun ini. Sementara itu, produksi CPO dan CPKO akan terus terkoreksi sebesar 5% antara Januari hingga September 2024.

Tahun lalu, CPO dan CPKO bahkan berhasil mencapai 54 juta ton. Namun tahun ini diperkirakan hanya tersedia sekitar 51 juta ton CPO dan CPKO.

“Ini tidak lain adalah dampak El Niño tahun 2023 yang masih kita rasakan pada tahun ini. Kita berharap tahun depan produksi bisa kembali mencapai 54-55 juta ton pada tahun 2022 atau 2023,” harapnya.

Gapki memperkirakan produksi CPO sulit mencapai double digit pada tahun depan, meski produk ini diyakini akan terus tumbuh akibat dampak El Niño yang berakhir pada tahun ini.

“Dan tahun depan, dengan curah hujan yang cukup baik, produktivitas setidaknya akan kembali menjadi sekitar 55 juta ton pada tahun 2023,” ujarnya.

Soal harga, Hadi juga mengatakan harga minyak sawit mentah akan mencapai Rp 11.100 per kilogram pada Januari hingga September 2023. Sedangkan pada tahun ini mencapai sekitar Rp 12.490 per kilogram atau meningkat 12%.

“Tahun depan kami juga berharap harga masih mencukupi, karena ada biodiesel yang bisa menyerap pasokan APC. Harapannya APC tetap stabil,” jelasnya. Tantangan industri kelapa sawit

Menurut data dari Gapki, minyak sawit akan terus memainkan peran penting dalam pasar minyak nabati global pada tahun 2024 dan juga merupakan minyak nabati yang paling banyak diproduksi di dunia. Gapki menilai kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat penting di berbagai sektor.

Ketua Panitia Konferensi Minyak Sawit Indonesia (IPOC) 2024 Mona Surya mengatakan sekitar 60% total produksi minyak sawit Indonesia ditujukan untuk pasar ekspor yang mencakup lebih dari 160 negara.

Meski demikian, Mona mengungkapkan terdapat sederet tantangan yang dihadapi industri kelapa sawit, khususnya di dalam negeri, terkait produksi dan produktivitas kelapa sawit.

“Khususnya di bidang pertanian swasta yang memerlukan peremajaan segera, dan bukannya mempercepat peremajaan, kemajuannya masih sangat-sangat lambat sehingga harus dipercepat untuk meningkatkan produktivitas Indonesia,” ujarnya.

Sementara itu, Mona mengatakan bahan baku kelapa sawit dari luar negeri juga menghadapi tantangan, mulai dari keseimbangan pasokan dan permintaan minyak nabati lainnya, hingga faktor geopolitik di Eropa dan Timur Tengah.

Mona juga merujuk pada kebijakan Uni Eropa, khususnya kebijakan Uni Eropa mengenai Deforestation-Free Regulation (EUDR), yang terancam menjadi hambatan dalam rantai internasional.

Pasalnya, kebijakan ini berpotensi memberikan dampak yang signifikan bagi produsen kelapa sawit, khususnya di Indonesia, jelasnya.

Untuk itu, Gapki akan kembali menyelenggarakan Indonesia Palm Oil Conference (IPOC) 2024 yang bertemakan Seizing Opportunities Amid Global Uncertainty pada tanggal 6 hingga 8 November 2024 di The Westin Resort Nusa Dua, Bali.

Mona menjelaskan, konferensi ini merupakan forum yang sangat strategis untuk membahas berbagai pilihan di tengah ketidakpastian global. Selain itu, transaksi komersial dilakukan pada konferensi ini.

“Sehingga acara ini sangat ditunggu-tunggu oleh para pemangku kepentingan di sektor kelapa sawit dan juga oleh seluruh sektor yang terkait dengan industri kelapa sawit,” ujarnya.

Selain itu, konferensi ini juga akan memberikan analisis mendalam mengenai situasi pasar minyak global, dengan fokus pada perkembangan dan dinamika terkini yang berdampak pada industri kelapa sawit.

“Topik utama pembahasannya adalah perbedaan kebijakan Indonesia terhadap minyak sawit, prospek pasar negara-negara pengimpor, serta analisis keunggulan pasokan dan pengelolaan minyak sawit,” tegasnya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel