Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) atau BNC bukukan laba bersih Rp 14,23 miliar pada kuartal I 2024, pulih dari kerugian Rp 68,4 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Berikut pendorong kinerja Bank Neo triwulan I 2024.

Berdasarkan laporan keuangan, Kamis (23/5/2024) laba bersih BBYB disebabkan oleh peningkatan pendapatan bunga bersih (NII) yang tumbuh 19,36% yoy menjadi Rp 825,52 miliar dari tahun lalu Rp 691,61 miliar. 

Suku bunga bersih (NIM) perbankan juga meningkat sebesar 378 basis poin (bps) menjadi 19,92% dari 16,14%.

Bank juga mencatatkan peningkatan signifikan pada pendapatan lain-lain yang tumbuh 166,17% yoy menjadi Rp133,47 miliar dibandingkan sebelumnya Rp50,14 miliar. 

Selain itu, dari sisi rasio profitabilitas, per Maret 2024 BBYB mencatatkan perbaikan rasio return on equity (ROE) sebesar 1,67% dari sebelumnya yang parkir di level negatif ‘7,61%. Kemudian, rasio return on assets (ROA) BBYB berada di level 0,30% dari sebelumnya parkir di area negatif 1,38%. 

BBYB juga menurunkan beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) sebesar 791 bps menjadi 98,83% dari 106,74%. Semakin kecil angka BOPO maka semakin efisien bank tersebut.  

Sementara di sisi mediasi, Bank Neo Commerce menyalurkan total pinjaman sebesar Rp9,4 triliun per Maret 2024, direvisi 13,87 persen dari Rp10,91 triliun. Dampaknya, aset perbankan turun tipis 1,04% yoy menjadi Rp18,91 triliun dari Rp19,11 triliun. 

Sejalan dengan kinerja kredit, rasio kredit bermasalah (NPL) bruto BBYB meningkat sebesar 41 bps menjadi 3,94% dari 3,53%. Sementara NPL netto turun 137 bps menjadi 1,3% dari 2,67% 

Terakhir dari sisi pendanaan, BBYB memperoleh dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp14,35 triliun, turun 2,75% yoy dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp14,75 triliun. Sementara uang murah atau tabungan giro (CASA) juga turun tipis 0,47% yoy menjadi Rp3,96 triliun dari Rp3,98 triliun.

Sebelumnya, Direktur Neo Commerce Bank Aditya Windarwo mengatakan pihaknya telah melakukan perubahan bisnis dalam 3 tahun terakhir, termasuk peningkatan pendapatan dan juga peningkatan efisiensi.

Melalui upaya yang dilakukan, perseroan yakin tahun ini mampu mencatatkan laba meski angkanya masih belum terlalu tinggi.

Sebagai informasi, hingga akhir tahun 2023 BBYB masih mencatatkan kerugian yakni Rp 573,18 miliar. Meski masih merugi, angka tersebut berkurang dibandingkan kerugian tahun sebelumnya yakni Rp789,05 miliar.

Aditya mengatakan, sejak awal kuartal IV 2024, perseroan mulai menunjukkan laba yang sempit dan akan terus berlanjut hingga awal tahun ini. “Itu [laba] terus, sampai Maret [2024] kami mencatat untung kecil,” ujarnya di Jakarta, Rabu (8/5/2024).

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel