Bisnis.com, JAKARTA — Associated Publisher Garibaldi ‘Boy’ Thohir & Saratoga Group PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA) mencatatkan pendapatan mengesankan sebesar USD 921,64 juta atau sekitar Rp 13,94 triliun (berdasarkan nilai tukar Rp 15.135 per USD) pada paruh pertama tahun 2024.

Tingkat tersebut meningkat 162,78% dari tingkat pendapatan yang dibukukan pada periode yang sama tahun sebelumnya atau sebesar USD 350,97 juta atau sekitar Rp 5,31 triliun. 

GM Komunikasi Korporat PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) Tom Malik mengatakan peningkatan pendapatan disebabkan oleh peningkatan produksi dan penjualan bijih nikel saprolit dan limonit dari tambang Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) pada H1/2024. 

“Tambang nikel SCM baru mulai melakukan pengapalan atau penjualan bijih saprolit pada Agustus 2023, sehingga hingga semester I 2023 belum terlihat adanya pendapatan,” kata Tom saat dikonfirmasi Bisnis, Selasa (10/1/2024). 

Selain itu, kata Tom, perseroan akan memiliki tiga pabrik smelter Rotary Kiln (RKEF) yang beroperasi penuh pada semester pertama tahun 2024. 

Ketiga smelter tersebut berasal dari dua pabrik produksi, PT Cahaya Smelter Indonesia (CSID) dan PT Bukit Smelter Indonesia (BSID) yang masing-masing berkapasitas 20.000 ton nikel dalam nikel-ferrous iron (NPI) per tahun. 

Selanjutnya smelter PT Zhao Hui Nikkel (ZHN) dengan kapasitas terpasang 50.000 ton nikel di NPI per tahun.

“Secara luas didukung oleh peningkatan produksi baik di tambang nikel SCM maupun smelter dan pit nikel RKEF yang dipadukan dengan harga jual rata-rata yang lebih tinggi,” jelasnya. 

Namun beban pokok pendapatan MBMA juga naik menjadi $858,47 juta atau sekitar Rp 12,99 triliun.  

Biaya tersebut turun separuh dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, US$332,55 juta atau sekitar Rp5,03 triliun. 

Alhasil, total laba tercatat sebesar US$63,17 juta atau setara Rp956,22 miliar.  Margin kotor ini meningkat 243% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu $18,419 juta. 

Setelah memungut biaya tambahan dan pendapatan lain-lain, MBMA mencatatkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 20,39 juta atau sekitar Rp 308,61 miliar (berdasarkan kurs Rp 15.135 terhadap dolar AS). 

Laba semester I 2024 berbalik positif dari kerugian bersih sebesar USD 19,65 juta atau sekitar Rp 297,48 miliar yang dibukukan MBMA pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel