Bisnis.com, JAKARTA – Boeing mengumumkan rencana untuk mengumpulkan dana hingga $25 miliar melalui penawaran saham dan obligasi, serta kesepakatan kredit senilai $10 miliar dengan pemberi pinjaman besar, di tengah krisis manufaktur dan kekhawatiran regulator terhadap produk-produknya.

Dokumen yang diajukan ke regulator pasar AS menyebutkan Boeing berencana menggunakan dana tersebut untuk keperluan umum perusahaan, lapor Reuters, Rabu (16/10/2024).

“Ini adalah dua langkah bijaksana untuk mendukung akses perusahaan terhadap likuiditas,” kata Boeing dalam dokumen tersebut.

Manajemen Boeing juga mengatakan potensi penawaran ekuitas dan utang akan memberikan peluang untuk memperkuat neraca perusahaan selama tiga tahun.

Tidak jelas kapan atau berapa banyak pendanaan yang akan diterima oleh penerbang tersebut, namun para analis memperkirakan Boeing akan membutuhkan antara $10 miliar dan $15 miliar untuk mempertahankan peringkat kreditnya, yang saat ini hanya satu tingkat di atas kredit macet.

Boeing telah menghadapi beberapa krisis pada tahun 2024, dimulai pada tanggal 5 Januari, ketika panel pintu pada pesawat 737 MAX lepas di udara. Sejak itu, CEO perusahaan tersebut mengundurkan diri, produksinya melambat karena regulator menyelidiki budaya keselamatannya, dan 33.000 serikat pekerja melakukan pemogokan pada bulan September.

Perusahaan ini berusaha menopang keuangannya dengan uang tunai dan meningkatkan utang karena menghadapi kemungkinan penurunan peringkat kredit setelah tiga perempatnya menghabiskan uang tunai.

Seorang analis memperkirakan taruhan tersebut bernilai sekitar $1 miliar per bulan. Boeing juga mengatakan akan memangkas 17.000 pekerjaan untuk memangkas biaya.

S&P Global dan Fitch memperingatkan terhadap pemotongan utang bulan lalu. Lembaga pemeringkat tersebut mengatakan penjualan saham dan utang dapat membantu menjaga peringkat Boeing pada peringkat investasi.

“Fasilitas kredit tambahan juga tampaknya merupakan tindakan yang bijaksana,” kata Ben Tsocano dari S&P Global.

Di sisi lain, sejumlah analis belum bisa memastikan langkah apa yang akan diambil Boeing.

“Kami yakin ketidakjelasan dan ruang lingkup pengumuman ini serta perlunya pembiayaan sementara menunjukkan bahwa bank mengalami kesulitan dalam menjual penerbitan ini kepada calon investor atau pemberi pinjaman,” kata Nick Cunningham, analis di Partners.

Boeing mengatakan pada hari Selasa bahwa pihaknya belum menarik fasilitas kredit baru senilai $10 miliar yang dijamin oleh Bank of America (BofA), Citibank, Goldman Sachs dan JPMorgan, atau fasilitas kredit bergulir yang ada.

Presiden Emirates Airlines, Tim Clark, adalah tokoh industri senior pertama yang menyatakan keprihatinan mengenai kemampuan Boeing dalam mengatasi krisis terburuk yang pernah terjadi.

“Jika perusahaan tidak mampu mengumpulkan uang melalui penerbitan saham baru (rights issue), saya melihat penurunan peringkat investasi akan segera terjadi dan pengajuan kebangkrutan Bab 11 akan segera terjadi,” kata Clark kepada Air Current, sebuah publikasi industri penerbangan.

Sementara itu, Boeing dan serikat pekerja yang mewakili pekerja yang mogok di wilayah Pacific Northwest belum mencapai kesepakatan mengenai kontrak baru dan negosiasi semakin intensif.

Penjabat Menteri Tenaga Kerja AS Julie Su bertemu dengan Boeing dan serikat pekerja di Seattle pada Senin (14/10/2024) dalam upaya mengakhiri penutupan.

Pesawat tersebut telah menghadapi pembatasan produksi jet MAX yang diberlakukan oleh regulator setelah terjadi ledakan panel kabin di udara pada bulan Januari.

Sementara itu, Boeing dilaporkan memiliki utang sebesar $11,5 miliar yang jatuh tempo pada 1 Februari 2026, dan telah berjanji untuk menerbitkan saham senilai $4,7 miliar untuk mengakuisisi Spirit AeroSystems dan menanggung utangnya.

Boeing mengirimkan 33 jet pada bulan September, turun dari 40 pada bulan Agustus, karena perusahaan tersebut semakin terpuruk dalam persaingan pasokan dengan pesaingnya, Airbus. 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel