Bisnis.com, JAKARTA – Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) meminta defisit pemerintahan Prabowo-Gibran harus seimbang (0%) atau utang terhadap PDB.
“Defisitnya menargetkan surplus anggaran atau defisit 0%,” kata Anggota Tim PDIP Edy Wuryanto dalam Sidang Paripurna Pendapatan RAPBN KEM-PPKF 2025, Selasa (28/5/2024).
Edy yang mewakili PDIP mengatakan, pemerintah saat ini tidak boleh menentukan beban defisit pemerintah selanjutnya.
Saat Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan Kerangka Ekonomi Makro dan Prinsip Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF), diperkirakan defisit sebesar 2,45% hingga 2,82% PDB.
Ia juga mengatakan, belanja pemerintah sebaiknya dioptimalkan untuk belanja rutin dan tidak dialokasikan untuk belanja modal yang mencakup proyek-proyek baru pemerintah.
“Tidak tepat dalam APBN transisi pemerintahan lama memberikan beban defisit pada program-program yang belum masuk dalam RKP dan RPJMN pemerintahan baru. Oleh karena itu, belanja negara dioptimalkan untuk belanja rutin dan belanja modal, termasuk RKP baru dan belanja modal. Proyek RPJMN yang tidak dialokasikan,” ujarnya.
Secara umum, Partai PDIP yang mengikuti KEM-PPKF 2025 menuntut penjelasan lebih lanjut dari pemerintah.
Sementara Partai Golongan Karya (Golkar) yang diwakili Dewi Asmara masih melihat usulan defisit dengan batas atas 2,82% (UU) no. Sesuai dengan hukum. 17/2003 tentang Keuangan Negara yang menetapkan defisit maksimal 3% dan utang maksimal 60% PDB.
Namun, Dewi menegaskan keseimbangan primer sedang mengalami penurunan.
“Neraca primer, PDB dari -0,30% menjadi -0,61%. Ini lebih rendah dibandingkan tahun 2023 yang masih positif 0,49%. Hal ini mencerminkan kebutuhan pemerintah untuk membiayai utang yang lebih tinggi dari biasanya, kami mohon penjelasan lebih detailnya,” tuturnya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengusulkan defisit sebesar 2,45% hingga 2,82% pada tahun pertama pemerintahan Prabowo. Menkeu menyampaikan, pemerintah tengah mengedepankan pembiayaan yang inovatif, hati-hati, dan berkelanjutan dalam upaya menutup defisit.
Oleh karena itu, APBN tahun 2025 dirancang untuk mengendalikan risiko utang yang dikelola antara 37,98% hingga 38,7% PDB. Ia mengatakan, pemerintah memperluas ruang fiskal agar program-program pemerintahan selanjutnya dapat terlaksana melalui penggunaan APBN 2025.
“Karena masih dalam program besar atau plafon besar, maka yang kami lakukan pada dasarnya memberikan ruang fiskal untuk peluang pelaksanaan program tersebut,” jelasnya.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel