Bisnis.com, Jakarta – Bank sentral China atau People’s Bank of China (PBOC) tidak menambah cadangan emas selama dua bulan berturut-turut pada Juni 2024 sementara harga logam mulia tersebut turun dari rekor terendah.
Cadangan emas batangan yang disimpan oleh People’s Bank of China tetap tidak berubah pada angka 72,8 juta troy ounce pada akhir bulan lalu, berdasarkan data resmi yang dirilis Minggu (7/7/2024). Sebelumnya, Bank Rakyat Tiongkok juga memilih untuk tidak menambah cadangan pada Mei 2024.
Hal ini mencerminkan jeda pembelian besar-besaran selama 18 bulan, yang membantu mendorong komoditas ke level tertingginya.
Namun, beberapa analis masih percaya bahwa pembelian akan berlanjut karena Tiongkok berupaya mendiversifikasi cadangan devisanya dan melindungi mata uangnya dari penurunan.
Sementara itu, sebanyak 20 bank sentral diketahui masih berharap untuk meningkatkan kepemilikan emasnya pada tahun 2025. Menurut Dewan Emas Dunia, hal ini disebabkan oleh meningkatnya risiko geopolitik dan keuangan.
Ada kemungkinan harga emas yang lebih tinggi menghalangi pembelian. Emas mencapai titik tertinggi sepanjang masa sebesar US$2.400 per ounce pada Mei 2024, kemudian terus menurun karena investor mengurangi taruhan mereka terhadap penurunan suku bunga Paman Sam pada tahun 2024.
Ketika Bank Rakyat Tiongkok juga merilis data mengenai penghentian pembelian pada Mei 2024, emas juga mencatat penurunan intraday terbesarnya dalam hampir tiga tahun.
Sebelumnya, Joan Goh, kepala strategi investasi di DBS, mengatakan pembelian emas oleh bank sentral akan terus berlanjut karena terus menurunnya nilai mata uang fiat.
“Saat ini kami masih overweight pada emas, dan kami yakin harga emas masih bullish,” jelasnya pada DBS’s Chief Investment Officer (CIO) Insights for Q3 2024: Risky Assets yang diadakan secara online pada Senin (24/). 6)
Menurut dia, situasi geopolitik yang terus memburuk akan mendorong bank sentral untuk membeli emas dalam beberapa tahun ke depan. Terbatasnya pasokan emas juga menjadi faktor penyebabnya.
Yong Qing Ling, chief investment officer DBS untuk Asia Utara, juga mengungkapkan bahwa Tiongkok merupakan produsen utama emas. Meskipun hanya 5% dari cadangan devisa Tiongkok yang berbentuk emas, terdapat ruang yang signifikan bagi pemerintah Tiongkok untuk meningkatkan eksposur atau bobot emas dalam cadangan devisa, menurutnya.
Warga Tiongkok juga melihat preferensi budaya terhadap emas, karena komoditas tersebut melambangkan kemakmuran dan keberuntungan.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel