Bisnis.com, JAKARTA – 81 emiten disebutkan siap menggelar penawaran umum saham atau Initial Public Offering (IPO). Dari jumlah tersebut, lebih dari 8 pemberi pinjaman menyatakan bahwa itu adalah properti mahal.

Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), terdapat 141 jaringan pipa publik dengan total nilai Rp 56,92 triliun. Dalam laporannya, kekayaan bersih 81 operator adalah Rp 11,85 triliun.

Selain itu, terdapat 12 penawaran umum terbatas (PUT) dengan nilai token Rp 6,04 triliun dan 10 sukuk surat utang (EBUS) senilai Rp 10,06 triliun. 

Terdapat 38 penawaran umum EBUS (PUB) Tahap I, II dan lainnya yang sedang berjalan dengan nilai token Rp 28,97 triliun. OJK juga telah melaksanakan program penawaran umum sebesar Rp 200 triliun pada tahun 2024.

Di sisi lain, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengungkap 8 operator dan saham jumbo meraup untung di pasar modal. Total ada 37 emiten yang masuk daftar IPO per 31 Mei 2024.

Di antara penawaran umum di pasar modal, riset Stockbit yang ditulis Ritchie Runako menunjukkan, saham IPO menawarkan return yang lebih tinggi. Namun, pada saat yang sama, permasalahan yang ada juga sangat dekat.

Berdasarkan penelitian sebelumnya, Ritchie mengatakan banyak temuan atau kesimpulan penting yang dapat digunakan investor untuk meningkatkan return dan mengurangi risiko saat membeli saham.

Penelitian ini menggunakan data 161 saham yang terdaftar di BEI selama periode 6 Desember 2021-12 Februari 2024, untuk menghindari pergerakan harga saham dalam catatan sejarah terkini.

Selain itu, pembagian saham pada saham IPO juga berbeda sehingga mempengaruhi sebenarnya risiko atau return yang akan diterima investor, kata Ritchie dalam kajian yang dipublikasikan Stockbit, dikutip Sabtu (15/6/2024). .

Hasil penelitian tersebut menghasilkan tiga kesimpulan. Pertama, dana IPO – keluar – memberikan risk and return, artinya mendapat keuntungan lebih besar dibandingkan risiko kerugian.

“Tidak termasuk saham dan floating board, kemungkinan IPO menghasilkan return positif pada hari pertama listing mencapai 70%, dengan return 17,4%,” kata Ritchie.

Saat ini, saham IPO di fast board memiliki return negatif dan risiko kenaikan harga tidak lebih dari 40%. Untuk itu, hindari saham IPO di papan akselerator dan pilih saham IPO di papan pengembangan utama.

Keputusan kedua adalah memilih saham-saham dengan rekam jejak underwriter yang baik. Ketiga, gunakan ‘Aturan 20%’, yaitu. tahan seminggu jika pendapatan meningkat 20% pada hari pertama di platform. Namun, jual jika sahamnya tidak naik lebih dari 20% per hari.

_____

Penafian: Artikel ini tidak dimaksudkan untuk mempromosikan pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi ada pada kebijaksanaan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan dari keputusan investasi pembacanya.

Lihat berita dan cerita lainnya di Google Berita dan Channel WA