Bisnis.com, JAKARTA – Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Pegadaian akan menghadapi utang obligasi senilai Rp2,2 triliun yang akan jatuh tempo pada 4 September 2024.

Berdasarkan data Pusat Kustodian Efek Indonesia (KSEI), utang tersebut berasal dari Obligasi Berkelanjutan Pegadaian V Tahap IV Tahun 2023 Seri A.

Sekretaris Perusahaan PT Pegadaian Zulfan Adam mengatakan anggota Ultra Micro Holding (UMi) akan membayar pokok obligasi dengan dana yang diperoleh dari fasilitas pinjaman perbankan.

“Proyeksi anggaran plafon bank pada Agustus 2024 cukup untuk membayar surat utang sebesar Rp 2,2 triliun,” ujarnya kepada Bisnis, Jumat (9/8/2024).

Zulfan menambahkan, PT Pegadaian juga berencana menerbitkan kembali obligasi pada semester II/2024, namun selalu memperhatikan kondisi pasar.

Perkembangan lainnya, PT Pegadaian menerbitkan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan III Tahap II dan Sukuk Mudharabah Wasan Sosial Berkelanjutan Tahap II. Kedua kendaraan investasi tersebut dikatakan akan dijual.

Dengan kupon akhir sebesar 6,65%, PT Pegadaian mencatatkan kelebihan permintaan pada masa penawaran yang berlangsung 23 Juli hingga 6 Agustus 2024. Total dana yang dihimpun mencapai lebih dari Rp 2,2 triliun melampaui target awal Rp 1,5 triliun.

Direktur Keuangan dan Perencanaan Strategis PT Pegadaian Ferdian Timur Satyagraha menyatakan sukuk perseroan mendapat rating idAAA (sy) atau Triple A Syariah dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo).

“Dengan rating obligasi dan sukuk AAA, investor dapat merasa aman berinvestasi di Pegadaian,” kata Ferdian dalam keterangannya, Jumat (9/8/2024).

Ferdian juga mencatat kinerja operasional dan keuangan perseroan yang sehat, serta risiko investasi yang minimal sehingga memberikan imbal hasil yang menjanjikan bagi investor.

PT Pegadaian juga menggandeng tujuh sekuritas sebagai penjamin emisi utama yaitu PT BCA Sekuritas, PT BNI Sekuritas, PT BRI Danareksa Sekuritas, PT CIMB Niaga Sekuritas, PT DBS Vickers Sekuritas Indonesia, PT Indo Premier Sekuritas dan PT Mandiri Sekuritas.

***

Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham atau instrumen investasi lainnya. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel