Bisnis.com, Jakarta – Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatat surplus selama 52 bulan berturut-turut hingga Agustus 2024. Analis memperkirakan surplus tersebut akan berdampak pada pasar dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Deputi Direktur Riset dan Investasi Bellamas Investendo Securitas, Maximilianos Niko Demos menjelaskan, data neraca perdagangan sudah berdampak pada pergerakan pasar. Apalagi, data ini sudah menunjukkan surplus selama beberapa waktu. 

“Namun sentimen lain yang menguat lebih banyak terkait ekspektasi penurunan suku bunga The Fed keesokan harinya. Kalau dilihat dari dampaknya, sejauh ini masih terbatas,” kata Nikko, Selasa, 17 September 2024).

Lanjutnya, saat ini pasar menunggu data pertemuan Federal Reserve Bank, RDG Bank Indonesia, dan penjualan ritel di Amerika.

Setelah data The Fed dan Bank Indonesia, Nikko mengatakan fokus pasar berikutnya adalah data awal klaim pengangguran, klaim lanjutan, indeks acuan dan PMI manufaktur, jasa, dan komposit. Kemudian data inflasi Eropa, data suku bunga utama Tiongkok satu tahun dan lima tahun, data inflasi Jepang, dan pertemuan BOJ pada 20 September.

Menurut Nikko, beberapa sektor yang memenuhi syarat untuk menerima surplus perdagangan ini: keuangan, real estate, kebutuhan pokok konsumen, kebijakan konsumen, ritel, dan teknologi.

Informasi Investasi Mirae Asset Sekuritas Adityo Nugroho menjelaskan surplus data neraca perdagangan Indonesia disebabkan oleh ekspor batu bara dan CPO yang harganya masih cukup stabil.

Menurut dia, dengan surplus tersebut dan rencana penurunan suku bunga, perekonomian Indonesia bisa kembali tumbuh. Hal ini disinyalir akan meningkatkan permintaan bahan baku seperti CPO, batu bara, dan bahan baku mineral lainnya.

“Ada banyak emiten yang relevan di pasar saham seperti nikel, emas, batu bara, dan CPO, dan dampaknya tentu positif,” ujarnya.

Selain data neraca perdagangan, ia menilai investor juga harus memperhatikan data PMI manufaktur, inflasi, dan suku bunga.

Sekadar informasi, hasil peningkatan perdagangan barang dan jasa atau neraca perdagangan Indonesia dengan negara lain pada Agustus 2024 tercatat surplus sebesar $2,9 miliar, diiringi dengan peningkatan ekspor dan perlambatan impor.

Namun surplus pada periode ini masih lebih rendah dibandingkan Agustus 2023 yang berjumlah $3,12 miliar.

Untuk berita dan artikel lainnya, kunjungi Google Berita dan WA Channel