Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita memproyeksikan nilai ekonomi kelapa sawit mencapai Rp 775 miliar pada tahun ini.

Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan nilai keekonomian kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2023 yang mencapai Rp 750 miliar. 

“Pada akhir tahun 2024, ukuran inti ekonomi kelapa sawit diperkirakan mencapai Rp775 triliun setiap tahunnya,” kata Agus dalam rilisnya di Jakarta, Rabu (10/9/2024).

Ia kemudian menjelaskan, nilai ekonomi sektor kelapa sawit mencapai Rp 193 miliar pada kuartal II tahun 2024. 

Sedangkan berdasarkan data nilai produk domestik bruto (PDB) triwulan II tahun 2024 tercatat sebesar Rp5,536 triliun. Agus memperkirakan kontribusi industri sawit dan produknya mencapai 3,5%. 

Selain itu, Agus menyebutkan nilai ekspor minyak sawit dan produksinya mencapai $28,45 miliar atau Rp450 miliar. Angka tersebut setara dengan 11,6% dari seluruh ekspor nonmigas.

Agus juga menyampaikan industri kelapa sawit telah menyerap 16,2 juta tenaga kerja langsung dan tidak langsung. Hal ini mencakup partisipasi agrobisnis/petani kecil, yang merupakan fokus utama kebijakan nasional.

“Semua itu sejalan dengan kerangka politik yang mendasarinya, kami berharap tidak hanya mampu mendorong nilai tambah produk, tetapi juga karya dan diversifikasi perekonomian,” kata Agus.

Secara praktis, Agus berupaya mendegradasi industri kelapa sawit untuk menghasilkan pangan (oleofoods), non-pangan (oleokimia), bahan bakar terbarukan (biofuel) dan bahan baru yang ramah lingkungan (biomaterials) dalam skala industri yang berkelanjutan.

Ia pun mengaku bertanggung jawab mengembangkan produksi minyak sawit untuk produk khusus seperti sabun cair, kosmetik, cat, dan obat-obatan. Dengan cara ini, kelapa sawit dapat menciptakan nilai tambah hingga 580%. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan CPO dan CPKO yang hanya 30% hingga 50%.

Dari sisi hilirisasi produksi berupa biomassa, Agus memimpin pengembangan produk turunannya seperti dimetil eter (DME). BME dapat digunakan sebagai alternatif pengganti bahan bakar gas cair (LPG). Selain itu, ada juga produk seperti kapasitor, biokatalis dan etanol G-2.

“Anda lihat betapa pentingnya pengurangan sawit yang bisa menjawab tantangan keluar dari middle income trap. Ini pekerjaan yang bermanfaat bagi bangsa,” pungkas Agus.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan Channel WA