Bisnis.com, Jakarta – Menteri Koordinator Perekonomian Irlanga Hartarto mengomentari dampak pemilu presiden AS terhadap harga minyak dunia.

 Dia sepakat bahwa peran kepala negara AS berikutnya akan bergantung pada kondisi harga minyak di masa depan.

“Harga minyak tentu dipengaruhi oleh apa yang terjadi di Timur Tengah, Timur Tengah. Tapi tentu saja kepemimpinan Amerika juga akan berdampak besar pada perang di Ukraina dan perang di Israel,” ujarnya kepada wartawan di istana presiden. kompleks di Jakarta pada Selasa (5/11/2024).

Sebagai referensi, harga minyak dunia melemah tipis pada perdagangan Selasa (11/5/2024) seiring pasar bersiap menghadapi ketidakpastian seputar pemilu presiden AS.

Sebelumnya pada Senin (4/11/2024), harga minyak naik lebih dari 2% pada perdagangan seiring OPEC+ mengumumkan rencana peningkatan produksi pada bulan Desember dan meringankan kondisi pasokan.

Minyak mentah berjangka Brent turun 0,2%, atau 15 sen, menjadi $74,93 per barel, menurut Reuters. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berada di $71,33 per barel, turun 14 sen atau 0,2%.

Harga minyak sebelumnya didukung pada Minggu (3/11/2024) oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, yang mengumumkan akan menaikkan produksi selama sebulan mulai Desember karena lemahnya permintaan dan tidak ada kenaikan. . Terlambat – tekanan pasokan OPEC pada pasar.

Namun, menurut jajak pendapat Reuters, produksi minyak OPEC naik lagi pada bulan Oktober karena Libya melanjutkan produksinya, meskipun upaya Irak untuk memenuhi pemotongan yang dijanjikan kepada aliansi OPEC+ yang lebih luas membatasi pertumbuhan.

Lebih banyak minyak bisa datang dari produsen OPEC Iran karena Teheran menyetujui rencana untuk meningkatkan produksi sebesar 250.000 barel per hari, situs berita kementerian perminyakan Shana melaporkan pada hari Senin.

Di Amerika Serikat, badai tropis di akhir musim yang diperkirakan akan meningkat menjadi badai Kategori 2 di Teluk Meksiko pada minggu ini dapat mengurangi produksi minyak sekitar 4 juta barel, kata para peneliti.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel