Bisnis.com, JAKARTA – Jumlah pengeluaran di pasar keuangan juga mengalami penurunan pada pekan lalu. Baik reksa dana dengan aset lebih sedikit di saham maupun obligasi memberikan hasil yang buruk.

Berdasarkan data Infovesta periode 8 – 15 November 2024, jumlah reksa dana turun sekitar 1,88% menjadi 5.813. Sementara itu, IHSG yang menjadi acuan melemah 1,73% ke 7.161.

Selain itu, indeks reksa dana campuran melemah 1,03%. Sedangkan reksa dana pendapatan tetap mengalami penurunan sebesar 0,28%.

Hanya indeks reksadana pasar uang yang masih berada di zona hijau dengan return positif sebesar 0,09%.

Kelompok Riset Infovesta menyatakan pergerakan pasar saham dalam sepekan terakhir melemah sehingga berdampak pada pelemahan sektor dan saham-saham besar (large caps).

Selanjutnya investor asing melakukan aksi jual bersih sebesar Rp 4,64 triliun selama sepekan, tulis Tim Riset Infovesta dalam survei mingguannya, Senin (18/11/2024).

Pada pekan lalu, saham-saham utama yang terpantau di IHSG seperti TLKM (-7,64%), TPIA (-8,93%) dan DSSA (-9,71%).

Beberapa data perekonomian yang menjadi sentimen pasar pada pekan lalu antara lain surplus neraca perdagangan Indonesia yang menyempit menjadi 2,47 miliar dolar AS. Realisasi ini lebih rendah dari perkiraan pasar sebesar $3,05 miliar.

Surplus perdagangan ini merupakan yang terkecil sejak bulan Juni. Penyebab utamanya karena meningkatnya impor barang dari luar negeri akibat kuatnya permintaan dalam negeri menjelang perayaan akhir tahun.

Sementara itu, sentimen global terdongkrak oleh data penjualan Tiongkok yang tumbuh 4,8% YoY (Year-On-Year) mengalahkan konsensus pasar sebesar 3,8% YoY. Sementara itu dari AS, data penjualan ritel juga meningkat sebesar 0,4% MoM (month-on-month) di atas estimasi pasar sebesar 0,3% MoM.

Lebih buruk lagi, pasar obligasi dalam seminggu terakhir juga tidak membantu. Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10-tahun dan imbal hasil Treasury AS 10-tahun masing-masing naik menjadi 6,96% dan 4,43%.

“Minggu depan di pasar saham diperkirakan tekanan akan mereda hingga batasnya, investor akan mampu membeli saham-saham besar yang bernilai tinggi,” tulis infovesta.

Sedangkan untuk obligasi, saat ini dinilai saat yang tepat untuk mengoleksi seri SUN karena harganya yang murah. Namun investor disarankan untuk menerapkan strategi barbel dengan menyeimbangkan bobot antara faktor jangka pendek dan jangka panjang.

Penafian: artikel ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan Channel WA