Bisnis.com, JAKARTA – Nasib pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS, khususnya hasil Pemilu AS 2024 antara Joe Biden, Donald Trump, dan Kamala Harris tidak lepas dari perspektif eksternal.
Direktur Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada mengatakan pasar masih menunggu apakah calon presiden ke depan hanya akan ada satu, yakni Donald Trump atau Wakil Presiden Biden Kamala Harris. Amerika Serikat. pemohon.
Ia yakin pelaku pasar akan berpikir bahwa kebijakan proteksionis akan kembali terjadi jika Trump menjadi presiden pada masa jabatan keduanya.
Selasa (23/7/2024) katanya kepada Bisnis: “Perang dagang mungkin akan terulang kembali, terutama dengan China. Situasinya mungkin berbeda jika Trump tidak memiliki kebijakan yang lebih tepat.”
Lebih lanjut, Reza mengatakan hal ini akan berdampak pada perekonomian global yang selanjutnya berdampak pada perekonomian Indonesia, terutama dari pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS. Di sisi lain, investor perlu mewaspadai dampak perang dagang terhadap perekonomian Indonesia ke depan jika terulang kembali.
“Dari sisi pelaku pasar saat ini, karena kebijakan yang dikedepankan masih sebatas retorika, maka sebaiknya pelaku pasar saat ini fokus terutama pada kinerja emiten dalam negeri dan memanfaatkan peluang pasar yang ada.” sensitivitas perdagangan atau trading i. “Saham dengan volume perdagangan yang sangat intens,” jelasnya.
Senada dengan itu, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan bahwa sentimen risiko muncul di seluruh dunia setelah Presiden AS Joe Biden tiba-tiba mengumumkan bahwa ia tidak akan mencalonkan diri sebagai presiden pada pemilu 2024, sehingga menimbulkan ketidakpastian yang tinggi.
Bank sentral Tiongkok mengatakan sentimen risiko terus meningkat setelah PBoC memutuskan untuk memangkas suku bunga kebijakan di sesi pertama pasar Asia. PBoC menurunkan suku bunga acuan 1 tahun dan 5 tahun sebesar 10 basis poin menjadi 3,35% dan 3,85%.
“Langkah PBOC ini meredakan kekhawatiran investor akan terhambatnya pemulihan ekonomi Tiongkok. Kedua sikap AS dan Tiongkok ini menyebabkan nilai tukar Rupiah melemah pada Senin [22/7]. Rupiah melemah 0,19% ke Rp 16.220 per AS” “Dolar melemah ke .
Menurutnya, meski ada risiko politik di Amerika Serikat, namun investor global akan lebih memperhatikan arah suku bunga bank sentral global, khususnya The Fed, yang diperkirakan memiliki ruang penurunan lebih besar pada tahun 2025.
The Fed sejauh ini mempertahankan suku bunga pada kisaran 5,25%-5,5% dan hanya mengisyaratkan satu kali pemotongan pada tahun ini. Sementara Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga sebesar 6,25%.
“Secara keseluruhan, dengan penurunan suku bunga The Fed dan juga terus menurunkan suku bunga acuan BI, terdapat kemungkinan pelemahan dolar AS yang mengindikasikan potensi penguatan harga aset keuangan i. “Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia,” ujarnya.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel