Bisnis.com, Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan angkat bicara soal investasi di industri pengolahan nikel yang lambat berkembang. Dia menduga hal ini terjadi karena masih ada pejabat yang melakukan hal berbeda.

Luhut mengatakan, baru-baru ini pihaknya membuka fasilitas pengolahan dan pembuatan bahan katoda litium besi fosfat (LFP). Ia mengatakan seharusnya proses pelantikan bisa lebih cepat. Namun, segala sesuatunya masih berjalan lambat.

“Mundur karena kewenangan kita juga berbeda. Akhirnya Menteri Investasi Pak Rozan menyelesaikannya dan langsung siap,” kata Lohit dalam acara Compass 100 CEO Forum ke-15 yang dikutip secara online, Minggu. (13/10/2024).

Ia juga mengingatkan para pelaku usaha untuk melaporkan jika melihat kendala terkait investasi. Lohit berjanji akan mengatasi permasalahan dan rintangan yang dihadapi para pedagang.

Saya kira itu penting dan di mana pun saya bicara, saya punya masalah, jangan ragu, kata Lohit.

Purnawirawan TNI itu kemudian mengatakan, upaya hilirisasi harus terus dilakukan. Dia berkata: Bijih hilir tidak cukup untuk menjadi produk antara.

Luhut ingin agar nikel yang sudah diolah dapat diolah menjadi produk yang siap digunakan kembali. Dia mencontohkan bijih nikel bisa diolah menjadi baja tahan karat.

Selain itu, baja tahan karat dapat diolah kembali menjadi puluhan produk turunannya. Namun, kata Luhut, industri pengolahannya belum tersedia.

“Stainless steel belum kita olah, masih ada puluhan turunan lainnya. Bisa garpu, jarum suntik, jarum jahit, macam-macam, bisa kitchen set. Industrinya di mana? Tidak. ? Itu masih perlu dilakukan.”

Oleh karena itu, Lohat mengatakan, ke depan pemerintah harus mendorong angkatan kerja. Hal ini agar anak bangsa leluasa mengolah sumber daya alamnya.

“Itu baru bijih nikel, kita belum bicara tentang tembaga. Jadi menurut saya ini proses yang tidak ada habisnya. Jadi sekarang kita harus mengembangkan sumber daya manusianya,” ujarnya.

Sementara itu, Luhut baru saja memulai proyek produksi dan perluasan tahap pertama fasilitas produksi bahan katoda LFP oleh PT LBM Energi Baru Indonesia di Kendal, Jawa Tengah pada Selasa (8/10/2024).

Produksinya merupakan proyek yang dilakukan melalui kemitraan investasi strategis antara Konsorsium Otoritas Investasi Indonesia (INA) dan Perusahaan Teknologi Energi Baru Changzhou Liyuan. (Changzhou Liyuan), salah satu produsen dan pemasok LFP terbesar di dunia.

Luhut mengatakan dalam akun Instagram pribadinya @luhut.padjaitan: “Dengan perbaikan rantai produksi baterai litium, maka kurang dari 3 juta unit kendaraan listrik di seluruh dunia akan memenuhi kebutuhan baterai litium industri Indonesia.”

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel