Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini berpotensi pulih ke level Rp 16.000 setelah ditutup melemah kemarin, Selasa (7/5/2024). Pada saat yang sama, penguatan greenback terlihat.

Direktur Laba Forexindo Futures Ibrahim Assuaibi memperkirakan rupiah akan berfluktuasi, namun ditutup menguat pada kisaran Rp 16.000 hingga Rp 16.080 per dolar AS.

Dia mengatakan fokus minggu ini adalah pada komentar pejabat Fed mengenai jalur suku bunga, terutama setelah data non-farm payrolls yang lebih lemah dari perkiraan. Pelaku pasar juga menilai ada peluang penurunan suku bunga oleh bank sentral.

“Namun gagasan tersebut tidak memberikan banyak dukungan terhadap mata uang Asia karena The Fed diperkirakan masih akan mulai memangkas suku bunga pada bulan September,” kata Ibrahim dalam catatan penelitiannya, Rabu (5/8/2024).

Menurut Ibrahim, pasar saat ini menunggu data terkait inflasi Jepang dan pertumbuhan upah untuk mengukur langkah Bank of Japan (BoJ) dalam menaikkan suku bunga, yang diharapkan dapat meringankan mata uang negara tersebut.

Secara nasional, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan utang pemerintah mencapai Rp 8.262,10 miliar pada akhir Maret 2024. Nilai tersebut setara dengan 38,79% produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

Posisi utang tersebut mengalami penurunan dibandingkan posisi Februari 2024 yang tercatat sebesar Rp8.319,2 triliun atau setara dengan 39,06% PDB, kata Ibrahim.

Sedangkan pada Maret 2024 rasio utang masih berada di bawah batas aman yaitu 60% PDB sesuai UU No. 17 Tahun 2003, Perbendaharaan. Posisi ini juga lebih baik sekitar 40% dibandingkan penerapan strategi pengelolaan utang jangka menengah tahun 2024-2027.

Jika dirinci, sebagian besar utang pemerintah berasal dari dalam negeri dengan proporsi sebesar 71,52%. Hal ini sejalan dengan kebijakan umum pembiayaan utang untuk mengoptimalkan sumber pembiayaan dalam negeri dan memanfaatkan utang luar negeri sebagai pelengkap.

Di sisi lain, tergantung instrumennya, komposisi utang pemerintah sebagian besar berada pada Surat Berharga Negara (SBN) yang mencapai 88,05%. Pada akhir Maret 2024, lembaga keuangan menguasai sekitar 43,4% kepemilikan SBN nasional, terdiri dari perbankan sebesar 24,8%, serta perusahaan asuransi dan dana pensiun sebesar 18,6%.

Sementara kepemilikan nasional Bank Indonesia terhadap SBN sebesar 21,3% yang antara lain digunakan sebagai alat pengelolaan moneter. Sedangkan asing memiliki sekitar 14,2% SBN nasional, termasuk kepemilikan pemerintah asing dan bank sentral.

Mengutip data Bloomberg, rupee ditutup menguat 20,50 poin atau 0,13% ke level Rp 16.046 per dolar AS. Indeks dolar AS menguat 0,14% menjadi 105,19.

Sementara itu, sebagian besar mata uang lain di Asia melemah. Misalnya saja yen Jepang yang melemah 0,12%, disusul won Korea sebesar 0,06%. Sementara itu, Yuan Tiongkok juga melemah 0,09%, disusul Peso Filipina, dan Baht Thailand masing-masing sebesar 0,02% dan 0,05%.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel