Bisnis.com, JAKARTA – Staf Khusus Badan Pengusahaan Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memperkirakan mengangkat minyak dalam kondisi ekstrim (tengah kasus) akan berada di level 597.000 barel per hari (bph). . pada tahun 2025. 

Perkiraan tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan simulasi Kementerian Keuangan (Kemenkeu) yang berkisar antara 580.000 barel per hari hingga 601.000 barel per hari. 

Sebab Badan Kebijakan Fiskal (BKF) menggunakan kata-kata kecil dan kasus besar untuk menampilkan datanya, kata Kepala Departemen Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi Suryodipuro saat dikonfirmasi Bisnis, Selasa (28/5/2024).

Hudi menegaskan, perkiraan antar kasus tersebut lebih tinggi dibandingkan perkiraan produksi tahun ini yang moderat di angka 596.000 barel per hari. 

“Jadi tahun 2025 terjadi peningkatan produksi minyak sebesar 1.000 bopd. Ini berdasarkan target di LTP [rencana jangka panjang], ini target produksi tahun 2024 dan 2025 meningkat,” ujarnya. 

Sedangkan realisasi produksi minyak April 2024 sebesar 581.890 bph. Angka tersebut masih terbilang rendah jika dibandingkan realisasi produksi pada waktu yang sama tahun lalu. 

Ia memperkirakan produksi minyak dalam negeri bisa kembali besar setelah tahun 2026. Saat itu, kata dia, proyek Banyu Urip Infill Clastic (BUID) di lapangan Banyu Urip akan beroperasi penuh. 

Selain itu, kemajuan produksi minyak juga dapat dipertahankan dengan menempatkan sebagian proyek Geng Utara. 

Seperti diberitakan sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan produksi minyak tahun depan hanya berada pada kisaran 580.000 bpd hingga 601.000 bpd.  

Sedangkan peningkatan produksi gas sebesar 1,003 juta barel minyak per hari (bsmph) menjadi 1,047 juta bmph. 

“Pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 5,1% hingga 5,5% didukung oleh peningkatan pengendalian dan perluasan hilirisasi ESDM,” kata Sri Mulyani saat mengulas Tren Perekonomian Permodalan (KEM-PPKF) tahun anggaran 2025 dan paparan Paripurna DPR. RI, Senin (20/5/2024). 

Sementara itu, Sri Mulyani mempertahankan harga minyak mentah Indonesia atau TKP pada kisaran US$75 per barel hingga US$85 per barel. Pendapat ini masih tinggi karena konflik geopolitik global yang diperkirakan masih akan berlanjut pada tahun depan. 

Sri Mulyani mengatakan: “Melihat ketegangan geopolitik dan ketegangan global yang sedang berlangsung, harga ICP [minyak mentah Indonesia] diperkirakan berkisar antara US$75 per barel hingga US$85 per barel,” kata Sri Mulyani.  

Di sisi lain, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berkisar antara Rp15.300 hingga Rp16.000,- saat ini inflasi terjaga pada level 1,5% hingga 3,5%. 

Dokumen KEM-PPKF merupakan dokumen yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun anggaran 2025.  

Namun, prospek booming migas telah berkurang secara signifikan dengan skenario APBN tahun ini. Dalam APBN 2024, produksi minyak ditetapkan sebesar 635.000 bph dan produksi gas sebesar 1,033 juta bsmph.  

Saat ini APBN menggunakan asumsi CIP sebesar US$82 per barel, dan nilai tukar rupiah sebesar Rp 15.000 per dolar AS, sedangkan inflasi diperkirakan terkendali pada level 2,8%.  

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan Channel WA