Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyebutkan rata-rata harga minyak goreng atau MinyaKit akan mengalami kenaikan pada minggu kedua November 2024.

Direktur Sumber Daya Alam dan Komoditas Kementerian Perdagangan Bambang Wisnubroto mengatakan harga Minyakita kini mencapai Rp 17.058 per liter, meningkat 1,05% (month-on-month/ MtM) dibandingkan bulan sebelumnya.

“Untuk Minyakita ada kenaikan 1,05% menjadi Rp17.056 per liter,” kata Bambang dalam Konferensi Perjanjian Pembangunan Daerah 2024, dikutip dari Youtube Kementerian Dalam Negeri, Senin (18/11/2024).

Rata-rata harga Minyakita pada minggu kedua November 2024 melebihi harga perdagangan tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah. Dalam Keputusan Menteri Perdagangan (Permendag) no. 18/2024 tentang Minyak Goreng Kelapa Sawit Dalam Kemasan dan Pengelolaan Minyak Goreng Rakyat, HET MinyaKita ditetapkan sebesar Rp15.700 per liter, dari sebelumnya Rp14.000 per liter.

Selain itu, Kementerian Keuangan menyebutkan harga Minyakita di 32 daerah berada di atas Rp 18.000 per liter. Informasinya, harga Minyakita di 12 kabupaten/kota dipatok Rp 18.000 per liter. Diantaranya Bitung, Sanggau, Barito Timur, Sabang, dan Sumba Tengah.

Jadi 5 kabupaten/kota mencapai Rp 19.000 per liter dan 5 kabupaten/kota mencapai Rp 20.000 per liter. Kabupaten/kota yang harga Oilita Rp 20.000 per liter adalah Manokwari Selatan, Seram Bagian Timur, Kaimana, Sumba Barat, dan Manggarai. 

Harga minyak premium dan minyak nabati meningkat. Bambang melaporkan, harga minyak nabati premium mencapai Rp 21.384 per liter pada minggu kedua November 2024, meningkat 0,87% dari bulan lalu.

Sementara harga minyak nabati meningkat signifikan menjadi Rp17.119 per liter atau 2,95% dari bulan sebelumnya. Bambang mengatakan kenaikan harga minyak atsiri disebabkan kenaikan harga bahan baku yakni Crude Palm Oil (CPO). Tercatat per 15 November 2024, harga CPO dipatok Rp 15.350 per kilogram, meningkat 9,28% dibandingkan bulan sebelumnya.

Itu yang membuat mayoritas CPO mahal, dan pasarnya naik, ujarnya. 

Meski meningkat, Bambang menilai saat ini adalah saat yang tepat bagi masyarakat untuk beralih dari minyak goreng berlemak ke Miikit. Selain itu, Minyakita diproduksi dan didistribusikan secara luas sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

“Mudah-mudahan berdasarkan kebijakan Mendag 18 [minyak mentah] hilang begitu saja dari pasaran,” tutupnya. 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel