Bisnis.com, Jakarta – Diterbitkan oleh Saratoga Group Tower, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) membukukan laba bersih Rp730,79 miliar pada Semester I/2024 seiring dengan pertumbuhan pendapatan perseroan. 

Berdasarkan laporan keuangan yang disampaikan pada Kamis (1/8/2024), TBIG memiliki pendapatan sebesar Rp3,41 triliun. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, pendapatan ini meningkat 4,1% menjadi Rp 3,27 triliun. 

Pendapatan TBIG ditopang oleh klien pihak ketiga seperti PT Indosat Tbk. (ISAT) total Rp 603,4 miliar, Telekomunikasi Seluler atau Telkomcel Rp 297,8 miliar, PT XL Axiata Tbk. (EXCL) Rp 209,02 miliar, PT Smart Telecom – Rp 147,7 miliar. 

TBIG juga mencatatkan Rp 2,93 triliun untuk 6 bulan yang berakhir 30 Juni 2024. Sementara itu, laba bersih TBIG yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk meningkat 6,09% year-on-year (ID) menjadi Rp730,79 miliar dari Rp688,79 miliar. pada Semester I/2023.

Menurut CEO Bersama Tower Infrastructure Hardy Wijaya Leong, per 30 Juni 2024, perseroan memiliki 42.177 sewa dan 23.327 site telekomunikasi. Situs telekomunikasi TBIG terdiri dari 23.211 menara telekomunikasi dan 116 jaringan DAS. 

Dengan total jumlah menara telekomunikasi yang disewakan sebanyak 42.061 menara telekomunikasi, rasio leverage (rasio sewa) TBIG sebesar 1,81 kali.

“Kami lebih memilih memesan pada waktu yang tepat untuk memenuhi kebutuhan pelanggan telekomunikasi kami. “Untuk semester I, kami menambah total sewa sebanyak 1.325 yang terdiri dari 902 site telekomunikasi dan 423 koleksi,” ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (1/8/2024).

Manajemen TBIG menjelaskan total utang TBIG per 30 Juni 2024 sebesar 27,95 triliun. Nilai tersebut juga memperhitungkan porsi utang dalam mata uang dolar AS, yang ditimbang menggunakan tingkat lindung nilai.

Dengan saldo kas Rp775 miliar, total utang bersih sebesar 27,18 triliun. Menggunakan EBITDA tahunan untuk kuartal II/2024, rasio utang bersih terhadap EBITDA adalah 4,6 kali

“Kami terus memperdalam hubungan dengan perbankan di pasar rupee dan obligasi, dimana 44% dari total pinjaman berbentuk pinjaman dalam mata uang rupee,” kata CFO TBIG Helmy Yusman Santoso. 

Helmi Pada akhir kuartal II-2024, TBIG memiliki posisi likuiditas yang kuat dengan jumlah pinjaman lebih dari Rp 10 triliun baik dalam rupee maupun dolar AS. 

“Likuiditas ini, ditambah dengan arus kas yang kuat dan sumber pendanaan yang beragam, memberikan kepercayaan diri TBIG dalam mengelola utangnya yang jatuh tempo,” kata Helmy.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA