Bisnis.com, Jakarta – Penyaluran kredit perbankan nasional pada sektor pertambangan dan penggalian, khususnya batubara, terus mencatatkan pertumbuhan yang tinggi sejak Semester I/2024.
Berdasarkan Laporan Pengawasan Perbankan Indonesia (LSPI) triwulan II tahun 2024 yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), credit spread sektor tersebut meningkat 28,94% year-on-year (y/y) menjadi Rp 326,44 triliun mulai Juni 2024.
Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan industri perbankan yang sebesar 12,36% pada periode yang sama secara tahunan.
Selain tumbuh lebih cepat dibandingkan pertumbuhan 20,02% pada periode yang sama tahun lalu secara tahunan, penyaluran kredit ke sektor pertambangan juga menyumbang 4,37% dari total portofolio kredit perbankan pada semester pertama tahun ini.
Pertumbuhan sektor tersebut didorong oleh subsektor pertambangan batu bara, pertambangan gambut, dan gasifikasi batu bara yang meningkat sebesar 68,95% secara tahunan dibandingkan 33,65% secara tahunan pada tahun sebelumnya,” demikian bunyi laporan OJK, Senin. (18/11/2024).
Selain itu, salah satu penopangnya adalah pertumbuhan pertambangan logam dan bijih timah sebesar 52,53% y-o-y dibandingkan 7,08% y-o-y pada Juni 2023.
Pada saat yang sama, selisih kredit/pembiayaan bank umum meningkat 12,36% year-on-year menjadi Rp7.478,4 triliun.
Dari sisi laju pertumbuhan, sektor administrasi publik mencatatkan persentase tertinggi (60,49% YoY) dan nilai nominal sebesar Rp77,37 triliun. Secara komponen, sektor perumahan menguasai 23,29% portofolio kredit dengan nilai Rp 1.741,5 triliun per Juni 2024.
Sebelumnya, dari sisi pemain, PT Bank HSBC Indonesia mengungkapkan tantangan pembiayaan berkelanjutan khususnya dalam mencapai nol emisi karbon di Indonesia pada tahun 2060.
Managing Director dan Head of Wholesale Banking HSBC Indonesia Rico Tasmaya menjelaskan, meski bukan wacana baru, namun upaya mengurangi pemanasan global tetap memerlukan komitmen kuat dari seluruh pemangku kepentingan.
Kelimpahan sumber daya seperti batu bara juga dianggap sebagai tantangan, karena perekonomian negara sangat bergantung pada unsur-unsur alam tersebut (perekonomian berbasis batu bara).
Berbicara kepada wartawan di Jakarta, Selasa (12/11/2024), ia mengatakan, “Porsi batu bara dalam pasokan listrik harus dikurangi secara bertahap, diimbangi dengan sumber energi baru terbarukan.”
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel