Bisnis.com, Jakarta – Kementerian BUMN berencana menggabungkan tujuh Karya BUMN menjadi tiga perusahaan pemegang kekuasaan.

Ketujuh perusahaan konstruksi tersebut antara lain PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI), PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk (PTPP), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), PT Hutama Karya (Persero), PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT), PT Brantas Abipraya (Persero) dan PT Nindya Karya (Persero).

Lantas, bagaimana posisi atau tujuan penggabungan BUMN Karya melalui tiga perusahaan ke depan?

Menurut Menteri BUMN Eric Tohir, BUMN konstruksi alias BUMN Karya berperan penting dalam mengurangi ketergantungan pangan dan energi.

Menurutnya, sektor infrastruktur mempunyai peran penting dalam mempercepat pasokan pangan dan energi serta kemandirian yang merupakan salah satu tujuan pemerintahan Presiden Indonesia, Prabowo Subianto.

“Infrastruktur ini menjadi kunci keberhasilan energi, pangan, dan swasembada, karena dengan adanya infrastruktur pelabuhan, bandara, jalan tol, dan jalan daerah, kita bisa menekan seluruh biaya peralatan,” kata Eric dalam siaran persnya. Kementerian BUMN. Jakarta, Jumat (15/11/2024).

Dia menjelaskan, penggabungan 7 Karya BUMN akan dilakukan dengan tiga perusahaan pemegang kekuasaan untuk mencapai tujuan pemerintah.

“Kami katakan dari awal bahwa ketujuh BUMN ini akan berada di bawah tiga induk perusahaan, jadi ini bagian dari restrukturisasi kami,” kata Eric.

Erick, Ketum PSSI, menegaskan pengurangan BUMN Karya tidak akan mengganggu penyaluran dana. Kerjasama ini dikatakan akan meningkatkan dan memperkuat efektivitas program nasional.

Selain itu, ia menegaskan BUMN Karya berkomitmen menciptakan sistem tata kelola perusahaan yang baik dan akan terus dilakukan melalui sanitasi lingkungan.

“Kami bekerja keras untuk memastikan BUMN Karya sehat dan berfungsi dengan baik,” kata Eric.

Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menambahkan, penggabungan BUMN Karya bertujuan untuk menciptakan sektor khusus berdasarkan prestasi.

Dalam program tersebut, Waskita bersama Hutama Karya akan fokus pada bidang jalan tol, jalan tol, gedung pemerintahan, dan kawasan komersial. Saat ini WIKA dan PTPP bergerak di bidang pelabuhan, bandara, EPC dan residensial.

Saat ini Adi Karya, Brantas Abipraya dan Nindia Karya fokus pada konstruksi di bidang air, kereta api, kereta api dll.

“Misalnya Adi Brantas membangun bendungan sambil membangun LRT. Mereka lebih maju, jadi fokus di situ. Kalau PP punya bangunan bagus, ini contohnya. Jadi sesuai dengan keistimewaannya,” kata Karthika.

Ia menyatakan, penguatan pertama akan dimulai di Wasquita dan Hutama Karya. Meski demikian, pihaknya masih dalam proses finalisasi peraturan pemerintah (PP) terkait pengalihan saham pemerintah di Wasquita kepada Hutama Kariya.

Dengan adanya ekspansi atau pengalihan saham, kas Waskita diharapkan aman dengan dukungan Huttama Karya (HK) sebagai induk perusahaan.

“Kalau kesehatan [induk perusahaan], HK bisa langsung mendukungnya dalam bentuk tunai. Lalu kalau misalnya ada proyek di Trans Sumatera, dia [Waskita] bisa menjadi kontraktor untuk HK, jadi harapannya Waskita bisa mendukung. aliran uang dan aktivitas secara lebih berkelanjutan Kartika atau disebut Tiko.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan The Watch Channel