Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membeberkan dampak fluktuasi harga minyak internasional akibat panasnya konflik geopolitik di Timur Tengah.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lakhadalia mengatakan ketergantungan impor minyak untuk mematok harga akan sangat membebani APBN. Selain itu, Indonesia masih mengimpor antara 900.000 hingga 1 juta barel minyak per hari. 

“Kita lihat tandanya lain ya. Ini tandanya perang ini masih berlanjut, kita tidak menutup kemungkinan harga minyak dunia akan mengalami penyesuaian,” kata Bahlil kepada wartawan, dikutip Minggu (10/8/2024). .

Ia juga berharap harga minyak tidak naik sehingga beban biaya impor tidak besar. Namun, menurut Bahlil, jika harga minyak tetap dalam batas APBN maka tidak akan ada dampak yang serius.

“Tentu kalau ada perang dan harga minyak dunia tidak bergerak, itu bagus, tapi kalau ada perang, tapi harga minyak dunia naik, itu akan berdampak pada perekonomian dan membebani anggaran kita. APBN,” ujarnya.

Pada saat yang sama, ia yakin jika harga minyak mulai melemah atau turun, tekanan terhadap uang masyarakat akan berkurang.

Sebagai informasi, harga minyak naik pada penutupan Jumat (4/10/2024) dan ditutup dengan kenaikan mingguan terbesar dalam setahun lebih di tengah meningkatnya ancaman perang di Timur Tengah.

Minyak mentah Brent naik 43 sen, atau 0,6%, menjadi $78,05 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 67 sen, atau 0,9%, menjadi $74,38 per barel.

Namun awal pekan ini, harga minyak dunia terlihat terkoreksi pada awal perdagangan Senin (7/10/2024) setelah mencatatkan kenaikan mingguan terbesar dalam setahun pada pekan lalu.

Minyak mentah Brent turun 43 sen atau 0,5% menjadi US$77,62 per barel, menurut laporan Reuters pada Senin (10/07/2024). Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 35 sen, atau 0,5%, menjadi $74,03 per barel.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan saluran WA