Bisnis.com, JAKARTA – Komisi VII DPR RI menyepakati peningkatan penyaluran liquefied petroleum gas (LPG) sebanyak 3 kilogram (kg) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025. 

Komisi Konservasi Energi akan meningkatkan penyaluran LPG 3kg pada tahun depan menjadi 8,2 juta ton atau lebih tinggi 2,1% dibandingkan kuota tahun ini sebesar 8,03 juta ton. 

“Jumlah elpiji 3 kilogram itu 8,2 juta ton,” kata Wakil Ketua Komisi VII Eddy Soeparno saat Rapat Kerja Penetapan Prinsip Dasar RPABN Sektor ESDM Tahun 2025, Jakarta, Rabu (19/6/2024).

Sementara itu, komisi energi bersama Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menetapkan harga minyak Indonesia (ICP) pada kisaran $80 per barel hingga $85 per barel. 

Sementara perkiraan produksi migas pada RAPBN 2025 diperkirakan meningkat dari 1,603 juta boepdl menjadi 1,652 juta boepdl

Rinciannya, produksi minyak ditetapkan antara 600.000 bopd hingga 605.000 bopd. Selain itu, produksi gas bumi berada pada kisaran 1,003 juta boepd hingga 1,047 juta boepd.

“Untuk stock recovery sudah disetujui $8,25 miliar hingga $8,5 miliar,” kata Eddy. 

Saat ini jumlah bahan bakar solar tambahan terbagi antara 18,5 juta kiloliter hingga 19 juta kiloliter. Namun penyaluran minyak dalam RAPBN 2025 ditetapkan sebesar 0,55 juta kiloliter hingga 0,58 juta kiloliter. 

Subsidi listrik akan mencapai Rp84 triliun hingga Rp88,36 triliun, ujarnya. 

Angka-angka yang disepakati panitia Energi tak banyak beranjak dari pendapat yang disampaikan Arifini dalam rapat penentuan gagasan awal. 

Meski demikian, Arifin mengatakan besaran subsidi energi pada tahun ini akan meningkat dibandingkan tahun ini.

“Mendengar informasi tahun 2024 dan usulan tahun 2024, kami perkirakan total LPG 3 kilogram dalam RAPBN sebesar 8,17 juta ton pada tahun 2025. Pedoman kebijakan LPG akan terus menggantikan LPG 3 kilogram sebagai tambahan yang diperlukan,” kata Arifin. . 

Di sisi lain, lanjutnya, kelanjutan perbaikan penyaluran elpiji subsidi 3 kilo akan melihat kondisi dan keadaan pemerintahan ke depan. 

“Perubahan LPG 3 kilogram ini akan mempertimbangkan kondisi perekonomian dan daya beli masyarakat,” ujarnya. 

Kementerian ESDM meyakini hingga akhir tahun ini pasokan LPG 3 kg akan melebihi APBN atau overquota tahun 2024. 

Industri migas memperkirakan konsumsi gas melon bersubsidi mencapai 8,121 juta ton pada akhir tahun 2024. Perkiraan tersebut lebih tinggi dibandingkan alokasi APBN 2024 sebesar 8,03 juta ton.  

Namun realisasi pasokan LPG 3 kg pada periode Januari-Mei 2024 telah mencapai 3,37 juta ton atau 41,9% dari kuota yang ditetapkan APBN tahun ini.

Namun Kementerian ESDM mencatat peningkatan pasokan LPG 3 kg pada tahun 2019 hingga 2022 berada pada level 4,5% per tahun. Namun terdapat tren distribusi yang lebih rendah pada tahun 2022 hingga 2023 sebesar 3,2%. 

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel