Bisnis.com, Jakarta – Pelemahan pasar saham global belakangan ini meningkatkan tekanan terhadap bank sentral global, khususnya Federal Reserve atau Federal Reserve, untuk segera menurunkan suku bunga. 

Pemicu pengawasan pasar pada Senin (8/5/2024) adalah laporan data angkatan kerja Amerika Serikat (AS) Juli 2024 yang lebih lemah dari perkiraan. Reaksi pasar terhadap data tersebut memicu narasi bahwa Ketua Federal Reserve Jerome Powell dan pejabat lainnya melakukan kesalahan dengan tidak menurunkan suku bunga pada pertemuan FOMC 30-31 Juli.

Kebijakan penurunan suku bunga acuan untuk merespons tren perekonomian yang melemah bukanlah kebijakan baru yang dilakukan bank sentral global, termasuk Federal Reserve. Salah satu orang yang sering menggunakan alat ini adalah Alan Greenspan, gubernur Federal Reserve pada tahun 1987-2006.

Alan Greenspan adalah Gubernur Federal Reserve yang ditunjuk oleh Presiden AS Ronald Reagan pada 11 Agustus 1987. Secara keseluruhan, ia menjabat sebagai gubernur Fed selama 18 tahun, hingga 31 Januari 2006, sebelum digantikan oleh Ben. Bernanke

Greenspan terdaftar sebagai ketua Federal Reserve pada masa kepresidenan 4 presiden Amerika, yaitu Ronald Reagan, George H.W. Bush, Bill Clinton dan George W. Bush.

Greenspan segera menghadapi krisis pasar saham yang dikenal dengan Black Monday setelah menjabat sebagai gubernur Federal Reserve. Menurut Investopedia, peristiwa ini terjadi pada 19 Oktober 1987, dimana pasar saham di seluruh dunia mengalami penurunan yang cukup tajam. 

Saat itu, pasar saham AS dibuka kacau balau setelah pasar Asia ambruk. Rata-rata industri Dow Jones turun 22,6 persen dalam satu sesi, sedangkan S&P 500 turun hampir 30 persen.

Menyikapi krisis ini, Greenspan mengatakan Federal Reserve siap menjadi sumber likuiditas untuk mendukung sistem keuangan dan perekonomian. Hal ini juga diikuti oleh upaya Federal Reserve untuk menurunkan suku bunga. 

Mengutip situs Federal Reserve Bank of San Francisco, terpantau suku bunga acuan Federal Reserve turun menjadi 6,5% pada November 1987 dari 7,5% sehari sebelum Black Monday.

Pasca krisis, suku bunga acuan Federal Reserve mencatat rata-rata tahunan sebesar 7,57% pada tahun 1988 dan kemudian mencapai 9,22% pada tahun 1989.

Tren penurunan suku bunga era Greenspan kembali terjadi pada tahun 1991-1992. Federal Reserve menerapkan kebijakan pengetatan ini setelah krisis ekonomi AS yang dimulai pada Agustus 1990.

Mengutip laporan Federal Reserve Bank of Richmond, Greenspan memangkas suku bunga acuan The Fed dari 6,75 persen pada Januari 1991 menjadi 3 persen pada September 1992.

Pada tahun 1990-an, Spanyol juga beberapa kali melakukan pemotongan suku bunga yang dikenal dengan istilah pemotongan asuransi. The Fed melakukan ini untuk memberikan stimulus ekstra pada perekonomian, bukan untuk melawan resesi. 

Menurut bankrate.com, kebijakan tersebut terjadi beberapa kali pada tahun 1995, 1996 dan 1998, ketika sistem keuangan menghadapi tantangan mulai dari gagal bayar utang di Rusia hingga runtuhnya dana lindung nilai (hedge fund) yang besar.

Pada awal tahun 2000-an, setelah gelembung dot-com pecah, Greenspan kembali menurunkan suku bunga secara tajam. Saat itu, Greenspan harus menghadapi krisis ekonomi akibat serangan teroris di Amerika Serikat pada 11 September 2001. 

Menurut data Federal Reserve, suku bunga dipotong 13 kali antara tahun 2001 dan 2003. Pemotongan agresif ini berhasil menurunkan suku bunga Federal Reserve dari 6% pada bulan Januari 2001 menjadi 1% pada bulan Juni 2003. 

Setelah periode ini, suku bunga Federal Reserve terus meningkat. Ketika Greenspan digantikan oleh Ben Bernanke pada 1 Februari 2006, The Fed kembali menaikkan suku bunga menjadi 4,5%.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel