Bisnis.com, Jakarta – PT Bank Syariah Indonesia Tbk. Perusahaan terus menunjukkan konsistensinya dalam mempertahankan kinerja positif. Disarankan juga untuk membeli saham dengan kode BRIS, atau membeli dengan target harga Rp 3.400.

Saham BRIS turun 9,45% atau 240 poin ke Rp 2.300 pada akhir perdagangan hari ini, Senin (13/05/2024), berdasarkan RTI Business. Sepanjang sesi, indeks komposit berkisar antara Rp2.230-Rp2.550. 

Namun sepanjang tahun berjalan (year-to-date) harga saham BRIS mengalami kenaikan sebesar 32,18%.

BSI telah memberikan dampak positif pada sektor perbankan syariah Indonesia yang berkembang pesat dan lebih produktif, menurut temuan penelitian yang dirilis baru-baru ini oleh analis ekuitas emiten di UBS Sekuritas Indonesia, Joshua Tanja dan Ivan Reynaldo Sutheja. Sedangkan BSI mendominasi aset perbankan syariah yang mencapai 42% pada tahun 2023. 

Tak hanya itu, UBS Sekuritas memperkirakan net financial margin BSI cukup tinggi yakni sebesar 5,9% dibandingkan big four bank lainnya. 

“Ke depan, penurunan inflasi tidak hanya memberikan ruang bagi penurunan suku bunga dan prospek pendapatan margin bersih (NIM) yang lebih baik untuk proyeksi hingga tahun 2025, tetapi juga mencerminkan prospek kualitas aset yang lebih baik,” kata keduanya, Senin (13/5/2024). ) ditulis dengan mengacu pada )

Pihaknya juga mematok target harga Rp 3.400 pada tahun 2025 berdasarkan estimasi PB sebesar 3,0X.

Sementara itu, Head of Investor Relations BSI Rizki Budinanda menjelaskan perseroan selalu berkomitmen memberikan potensi keuntungan bagi investor dalam berinvestasi di saham BRIS.

Ia mengatakan, saham BRIS menunjukkan prospek positif terhadap pertumbuhan kinerja berkelanjutan ke depan, kinerja keuangan, dan prospek pasar perbankan syariah yang masih luas. 

“Pada saat yang sama, secara keseluruhan industri perbankan Indonesia masih sehat dan terus tumbuh,” ujarnya. 

Apalagi, kata Rizki, profitabilitas BSI pada kuartal I 2024 didorong oleh fokus perusahaan pada dana murah dan kemampuan menjaga brokerage dengan baik. 

Dana pihak ketiga (DPK) BSI juga tumbuh pesat, yakni sebesar 10,43% secara tahunan menjadi Rp 297 triliun, dengan persentase 38% didominasi oleh dana berbiaya rendah dalam bentuk tabungan dalam jumlah besar. 

Tabungan BSI Wadia atau tabungan bebas margin tumbuh 10,38% year-on-year menjangkau 13,9 juta nasabah. Jumlah ini lebih dari 60% pelanggan. Selain itu, dana murah di BSI yang sebagian besar berupa tabungan, naik 8,75% lebih besar dibandingkan industri untuk menopang cost of fund.

BSI juga masuk dalam lima besar nasional dalam hal tabungan. Selanjutnya dari sisi pembiayaan, perseroan berhasil mengucurkan dana sebesar Rp247 triliun atau meningkat 15,89% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, dimana 54,62% ​​disalurkan ke segmen konsumer.

Seperti diketahui, hingga kuartal I-2024, aset BSI mencapai Rp358 triliun, tumbuh 14,25% atau tertinggi ketiga di industri perbankan tanah air. Return on Asset (ROA) sebesar 2,51%, Return on Equity (ROE) sebesar 18,30%, dan Finance to Deposit Ratio (FDR) sebesar 83,05%. 

Sedangkan non-performing loan (NPF) bruto sebesar 2,01% menunjukkan kualitas keuangan perseroan sangat terjaga dengan tingkat biaya pinjaman kurang dari 1% yakni 0,88%.

Sedangkan cash coverage telah mencapai 196,61% pada Maret 2024 yang merupakan inisiatif perusahaan untuk mencapai ambang batas minimal 200%.

Menurut dia, kinerja tersebut menjadi salah satu indikator yang membuat perseroan optimis terhadap prospek saham BSI yang terus naik meski berfluktuasi. 

Fundamental yang kuat, indikator keuangan yang sehat, segmen konsumen ritel syariah yang tetap diminati masyarakat, kami yakin akan diapresiasi baik oleh investor pasar modal, kata Rizki.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel