Bisnis.com, JAKARTA – Pemegang Saham PT GTS Internasional Tbk. (GTSI) menunjuk Gembong Primadjaja sebagai CEO menggantikan Tammy Meidharma.

Penunjukan Gembong merupakan hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) lembaga penyiaran yang berafiliasi Tommy Soeharto itu digelar belum lama ini.

Gembong yang saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Ikatan Alumni (IA) ITB periode 2021-2025 bukanlah orang baru yang menekuni bisnis konstruksi, pembuatan kapal, dan gas alam cair (LNG).

Alumni Teknik Mesin ITB angkatan 1986 menjabat Sekretariat Tim Percepatan Bahan Bakar CNG Kementerian ESDM tahun 2011 hingga 2015. 

Selain itu, Gembong juga menjabat sebagai Pejabat Senior Pengembangan Infrastruktur di Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral pada tahun 2015 hingga 2016. 

Gembong selama ini menjabat sebagai Direktur PT Pelindo Energi Logistik pada tahun 2014 hingga 2017. Kemudian, ia menjabat sebagai Presiden-CEO PT Pelindo Energi Logistik pada tahun 2017 hingga 2018. 

Sementara itu, beliau menjabat sebagai Wakil Presiden PT Perta Daya Gas pada tahun 2018 hingga 2020. Beliau juga menjabat sebagai staf senior Presiden Direktur PT Indonesia Power pada tahun 2018 hingga 2019. 

Saat itu, beliau juga menjabat sebagai staf senior Bidang Distribusi LNG dan Pembangkit Listrik di Kementerian Koordinator Miritim dan Investasi (Kemenko Marves) pada tahun 2018.

Sebelumnya, GTSI juga menyetujui perubahan penggunaan dana penawaran umum. Sebagai informasi, GTSI telah menghimpun dana penawaran umum perdana (IPO) senilai Rp 240 miliar dari penawaran umum perdana saham pada Agustus dan September 2021.

Dalam RUPSLB tersebut, GTSI mendapat izin untuk mengubah penggunaan dana IPO dari pembelian dan konversi kapal LNG menjadi pembelian kapal pengangkut LNG, gas non-LNG dan kapal pendukungnya.

Namun pemegang saham GTSI memberi lampu merah terhadap rencana akuisisi yang diajukan perseroan. 

Dalam RUPSLB, pemegang 13,41 miliar saham itu tak setuju dengan rencana pembelian GTSI. Sementara hanya 96,03 juta saham yang memberikan suara mendukung dan 635.000 saham abstain. 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel