Bisnis.com, JAKARTA – Kemampuan perbankan dalam memperoleh laba bersih atas aset yang terlihat dari tingkat pengembalian aset (ROA) semakin menurun. Hal ini terjadi di tengah berbagai permasalahan yang dihadapi perbankan.
Berdasarkan data akuntansi perbankan Indonesia yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), bank umum mencatat ROA sebesar 2,62% per Maret 2024, turun 15 basis poin (bps) dibandingkan 2,77% pada Maret 2024.
Penurunan ROA menunjukkan bahwa kemampuan bank dalam menggunakan asetnya untuk memperoleh keuntungan semakin menurun.
Dari sisi kelompok permodalan, baik bank kecil maupun bank jumbo mencatatkan penurunan ROA. Bank Bermodal Besar (KBMI) I atau bank kecil misalnya, mencatatkan penurunan ROA dari 1,36% pada Maret 2023 menjadi 1,3% pada Maret 2024.
Kemudian, ROA KBMI II juga turun dari 2,2% menjadi 1,64%. Kemudian ROA KBMI IV atau bank jumbo seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) turun dari 3,73% menjadi 3,54%.
Seiring dengan penurunan ROA, bank umum tersebut mencatatkan pertumbuhan laba tipis sebesar 2,01% menjadi Rp 61,87 miliar hingga Maret 2024.
Arianto Muditomo, seorang bankir dan pengelola sistem pembayaran, mengatakan penurunan ROA memang menjadi tantangan bagi perbankan saat ini, dan banyak hal yang biasa terjadi.
Pertama, ekspansi kredit melambat, kedua upah meningkat, dan ketiga suku bunga cenderung tinggi. Faktor keempat adalah peningkatan kredit bermasalah dan faktor kelima adalah ketatnya persaingan.
“Masih cukup waktu bagi bank untuk mengantisipasi hal tersebut dengan membuat rencana strategis untuk mengatasi permasalahan umum dan strategi lain seperti memanfaatkan pemulihan ekonomi, menjajaki peluang baru perbankan digital dan green money, hingga meningkatkan pendapatan.” ujarnya, Kamis (6/6/2024).
Secara keseluruhan, Arianto memperkirakan ROA perbankan Indonesia pada tahun 2024 akan mengalami pertumbuhan moderat.
Namun hal ini bergantung pada kecepatan pemulihan ekonomi dan efektivitas rencana bank dalam menghadapi krisis, tanpa mengabaikan indikator lain seperti NPL, CAR, dan LDR sebagai indikator utama aktivitas kekayaan dan kesehatan dalam negeri.
Besarnya PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) Ramon Armando mengatakan, tahun ini perbankan menghadapi banyak tantangan dalam meraih keuntungan.
“Tantangan saat ini adalah menjaga keseimbangan antara kebutuhan finansial dan keuntungan,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (5/6/2024).
Menurut dia, saat ini sedang ada proses penambahan jumlah uang di bank. Bank juga wajib menjaga aliran masuk atau pendapatan dana lain (DPK) dan aliran keluar atau pendapatan dari penyaluran kredit dan utang untuk keduanya.
Direktur Pengawasan Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan ROA perbankan tercatat mengalami penurunan terutama disebabkan oleh penurunan margin bunga bersih (NIM) dari 4,77% pada Maret 2023 menjadi 4,59% pada Maret 2024.
“Penurunan NIM ini terutama disebabkan oleh peningkatan pembiayaan yang tidak diimbangi dengan kenaikan bunga kredit,” ujarnya dalam tanggapan tertulis terakhir.
Sementara itu, Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan perbankan pada tahun ini menghadapi permasalahan penurunan laba akibat restrukturisasi kredit yang tidak melakukan ekspansi, menipisnya nilai tukar rupiah, kondisi perekonomian, dan daya beli masyarakat. sebuah kekuatan yang belum sepenuhnya berkembang.
“Tren [perlambatan keuntungan] ini nampaknya akan terus berlanjut, jika melihat situasi ekonomi global dan geopolitik yang menyebabkan tren suku bunga anak kembali meningkat,” ujarnya.
Lihat berita dan cerita lainnya di Google Berita dan Channel WA