Bisnis.com, JAKARTA – Chatib Basri, ekonom senior dan mantan menteri keuangan di bawah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), mengindikasikan bahwa Federal Reserve (Bank Sentral) kemungkinan besar tidak akan mengurangi hasil positifnya di masa depan.
“Bisakah Federal Reserve segera menurunkan suku bunganya? Jawaban saya tidak, mereka [Federal Reserve] mungkin akan melakukannya pada tahun ini,” ujarnya di Grab Business Forum, Selasa (14/5/2024).
Ada banyak alasan mengapa The Fed tidak terburu-buru mengambil kebijakan, kata Chatib. Pertama, pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) antara Joe Biden dan Donald Trump akan digelar pada November 2024.
Jika The Fed memangkas suku bunga sebelum November 2024, tambahnya, The Fed akan dituduh melakukan pembagian atau membantu pemerintahan Joe Biden.
Melihat keadaan tersebut, Chatib mengakui pada Desember 2024 The Fed hanya akan membahas kebijakan suku bunga. Apalagi, dia menyebut defisit anggaran AS sudah mencapai 7%. Karena defisit ini merupakan hutang, maka defisit tersebut harus dibiayai dengan menjual obligasi.
Artinya, imbal hasil di pasar keuangan AS lebih kecil, sementara pasokan obligasi meningkat. Kalau lebih kecil, maka tidak menabung, membelanjakan dan tidak membeli obligasi, sehingga permintaan meningkat. Mata uang turun, saham naik, hipotek naik.” Suku Bunga Turun, Pendapatan Naik “The Fed tidak bisa memangkas suku bunga. Jika suku bunga diturunkan, semua uang akan berpindah ke obligasi. Jadi kalau situasinya seperti ini, kemungkinannya lebih kecil. Bank sentral menurunkan suku bunga, dan kita akan berada pada posisi yang lebih tinggi dalam jangka panjang,” jelasnya.
Chatib memperkirakan The Fed akan tetap berada pada kisaran 3,5%-4% dalam jangka menengah jika ingin turun di bawah 125bps dalam jangka panjang.
Dia mengatakan yang terbaik adalah tidak mengharapkan suku bunga turun menjadi 0,25%. Hal ini berdampak pada perusahaan teknologi yang masih kekurangan sumber daya.
“Jangan berharap [suku bunga turun]. Kalau mata uang mahal, masyarakat akan memilih, cari tindakan jika mata uang ada hasilnya. Utamanya pesan ini, Bank Indonesia bisa merespons. Hasil 2 minggu lalu, lindungi rupiah [ Suku bunga] naik 25 bps untuk pinjaman,” tambahnya.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel