Bisnis.com, JAKARTA – Indeks LQ45 dan IDX30 sepanjang tahun ini mengalami penurunan akibat aksi jual investor asing, volatilitas rupiah, dan lemahnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Manajer investasi dapat menyesuaikan portofolionya dengan mengubah proporsi saham dalam indeks. 

Direktur STAR Asset Management Susanto Chandra mengatakan manajer investasi pemegang kedua indeks tersebut dapat memilih untuk meningkatkan kas atau overweight sektor yang menjadi indikator pertumbuhan ekonomi global. 

“Sektor-sektor tersebut antara lain energi dan komoditas, serta sektor-sektor yang memiliki fundamental jangka panjang seperti perbankan dan belanja konsumen,” kata Susanto kepada Bisnis, Selasa (4/6/2024). 

Star AM, kata Susanto, sektor yang menarik saat ini adalah sektor perbankan. Ia menilai perbankan memiliki valuasi yang relatif murah dan imbal hasil dividen yang menarik jika dipertahankan hingga akhir tahun 2024. 

Seperti diketahui, indeks LQ45 dan IDX30 masing-masing melemah 8,48% dan 10,62% atau mengungguli IHSG yang anjlok 1,9% secara year-on-year. Pelemahan tersebut disebabkan oleh terkoreksinya saham-saham bank besar, serta TLKM, ASII, dan BREN. 

Sementara itu, investor asing melakukan aksi jual bersih besar-besaran di pasar saham Indonesia pada April-Mei 2024. Alhasil, penjualan bersih investor asing di sektor penimbunan mencapai Rp6,25 triliun pada akhir bulan lalu. 

Susanto menjelaskan, penurunan indeks belakangan ini dipicu oleh penjualan asing. Hal ini berlaku bagi pihak asing yang menilai Indonesia belum melihat katalis pertumbuhan dan nilai tukar rupiah yang relatif tidak stabil dibandingkan negara lain. Akibatnya, investor asing mengalihkan saldonya ke saham-saham negara lain seperti China, Malaysia, India, dan Jepang. 

“Kami melihat investor asing berpeluang kembali ke pasar saham dalam negeri ketika kabinet terpilih diumumkan dan suku bunga diturunkan,” lanjutnya. 

————

Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong Anda membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang diakibatkan oleh keputusan investasi pembaca.

Lihat berita dan artikel lainnya dari Google News dan WA Channel