Bisnis.com, Jakarta – China menggelontorkan stimulus besar-besaran untuk menarik perekonomian keluar dari deflasi dan kembali ke target pertumbuhan ekonomi yang dicanangkan pemerintah. Langkah ini juga menjadi secercah harapan bagi dunia yang khawatir dengan melambatnya pertumbuhan negara panda tersebut.

Melansir Reuters, pada Rabu (25/09/2024), bank sentral Tiongkok (People’s Bank of China/PBOC) meluncurkan paket stimulus yang mencakup dukungan likuiditas perbankan dan penurunan suku bunga. Paket stimulus ini merupakan yang terbesar sejak pandemi Covid-19.

Gubernur PBOC Pan Gongsheng mengatakan bank sentral akan memangkas suku bunga reverse repo 7 hari sebesar 0,2 poin persentase menjadi 1,5%.

Selain itu, PBOC mengurangi persyaratan cadangan hukum bank (GWM) sebesar 50 basis poin dalam jangka pendek, memberikan tambahan likuiditas bagi bank sekitar 1 triliun yuan atau $142,21 miliar.

PBOC Akan memandu bank-bank komersial untuk menurunkan suku bunga hipotek saat ini rata-rata 0,5 poin persentase, untuk memberikan keringanan kepada rumah tangga.

PBOC juga akan mengizinkan bank-bank komersial untuk menggunakan 100% dari fasilitas pinjaman sebesar 300 miliar yuan yang mereka berikan kepada perusahaan-perusahaan milik negara untuk membiayai pinjaman yang ditawarkan untuk membeli apartemen yang tidak terjual untuk perumahan terjangkau, yang saat ini mencapai lebih dari 60%.

Di sisi lain, para analis mempertanyakan suntikan likuiditas yang dilakukan PBOC mengingat sangat lemahnya permintaan kredit dari perusahaan dan konsumen, serta menunjuk pada tidak adanya kebijakan yang mendukung aktivitas ekonomi riil.

Analis Capital Economics Julian Evans-Pritchard mengatakan ini adalah paket stimulus PBOC yang paling signifikan sejak awal pandemi. Namun stimulus fiskal lebih lanjut diperlukan untuk mengembalikan pertumbuhan ekonomi ke target 5%.

Namun hal itu saja mungkin tidak cukup. “Stimulus fiskal yang lebih besar mungkin diperlukan untuk mengembalikan pertumbuhan ke target resmi tahun ini sekitar 5%,” kata Reuters.

Ekonom senior Natixis, Gary Ng mengatakan langkah ini mungkin sedikit terlambat, namun lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.

“China membutuhkan suku bunga yang lebih rendah untuk meningkatkan kepercayaan,” jelasnya.

Reaksi pasar

Saham Tiongkok dan Asia menguat hari ini, merespons stimulus besar dari PBOC. Indeks saham CSI300 dibuka naik 3,1% setelah ditutup naik 4,3% pada hari Selasa.

Sementara itu, indeks Hang Seng Hong Kong naik 2,2%, menambah lonjakan 4,1% pada hari Selasa.

Awal yang kuat untuk saham Tiongkok mendinginkan indeks regional lainnya. Indeks Taiwan naik 1,3% dan Kospi Korea Selatan naik 0,1%. Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang juga menguat 1%, sedangkan Nikkei Jepang menguat 0,3%.

Perkiraan ADB

Sementara itu, Bank Pembangunan Asia (ADB) memperkirakan antusiasme baru pemerintah Tiongkok dalam laporan terbarunya yang diterbitkan pada hari Rabu.

ADB mempertahankan perkiraan pertumbuhan Tiongkok pada tahun 2024 sebesar 4,8%, di bawah target pemerintah yang sekitar 5%. Laju pertumbuhan pada tahun 2025 diperkirakan masih sebesar 4,5%.

Kepala Ekonom ADB Albert Park mengatakan langkah stimulus yang baru-baru ini diluncurkan oleh Tiongkok masih perlu diuji karena banyaknya permasalahan struktural di sektor real estat.

“Upaya dan kerja keras yang lebih besar dari pemerintah Anda mungkin diperlukan untuk meredakan kekhawatiran konsumen dan investor,” kata Park kepada Reuters.

Park juga mengatakan ADB tidak terlalu khawatir terhadap deflasi di Tiongkok, karena ADB melihat harga-harga meningkat.

“Proyeksi pertumbuhan Tiongkok tetap terjaga meskipun terjadi perlambatan berkepanjangan di sektor aset, dengan asumsi pelonggaran fiskal dan moneter lebih lanjut akan mendukung perekonomian,” tutupnya.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel