Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) akan terus mencermati gejolak global, terutama memanasnya situasi politik di Timur Tengah dan inflasi pangan dalam negeri, untuk memastikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap terjaga pada paruh kedua tahun ini. .

Kepala Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Farisan Aufar menjelaskan, pertumbuhan perekonomian Indonesia dipengaruhi oleh faktor domestik dan global. Menurut dia, faktor global lebih sulit dikendalikan dibandingkan faktor dalam negeri karena Indonesia tidak cukup berpengaruh.

Selain itu, Farisan mengakui BI telah mengambil langkah-langkah yang diharapkan untuk mengurangi risiko meluasnya gejolak global terhadap perekonomian domestik. Dia tidak menjelaskan secara rinci apa saja langkah antisipatif yang dilakukan, selain pengendalian nilai tukar rupee.

“Jadi misalnya kemarin ada perang antara Rusia dan Ukraina, dan ada ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Nah, itu tidak terlalu buruk [bagi perekonomian dalam negeri],” kata Farisan seperti disiarkan Bank Indonesia. Saluran YouTube, Minggu (29 September 2024).

Selain faktor global, BI juga akan menjaga inflasi domestik agar tidak menghambat pertumbuhan ekonomi. Farisan menjelaskan, inflasi terbagi menjadi tiga bagian, yaitu inflasi inti, inflasi pangan, dan inflasi yang dikendalikan pemerintah yaitu harga yang dikendalikan.

Menurut Farisan, pada ketiga bidang tersebut, yang sering menjadi kendala adalah inflasi pangan. Ia menilai inflasi pangan sulit dikendalikan karena dibarengi dengan cuaca dan kondisi lain yang menyebabkan petani gagal panen.

Oleh karena itu, Bank Indonesia bekerja sama dengan pemerintah yang disebut Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan Indonesia atau GNPIP. Namun tujuannya adalah untuk menjaga stabilitas harga khususnya produk pangan sehingga inflasi dapat dikendalikan, ujarnya.

Farisan berharap perekonomian tetap tumbuh baik di masa depan. Selain itu, lanjutnya, pertumbuhan ekonomi masih sebesar 5,08% pada semester I-2024. bahkan di tengah gejolak global.

Pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan terus mencapai lebih dari 5% pada akhir tahun ini, terutama didukung oleh fundamental ekonomi seperti inflasi yang stabil. Oleh karena itu, dia menegaskan BI akan terus mengoperasikan mata uang tersebut untuk menekan inflasi.

Selain itu, Farisan mengatakan masyarakat dapat membantu mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi lebih dari 5 persen. Cara lain, lanjutnya, adalah dengan membeli banyak.

“Karena pertumbuhan perekonomian Indonesia didorong oleh konsumsi rumah tangga. Jadi kita berharap teman-teman lebih banyak mengeluarkan uang karena konsumsi membantu perekonomian,” kata Farisan.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel