Bisnis.com, JAKARTA – Intel Corporation buka-bukaan soal tudingan asosiasi keamanan siber China yang menuduh perusahaan teknologi Amerika itu memberikan pengetahuan perangkat lunaknya atas perintah pemerintah AS. 

Melalui akun WeChat-nya, Intel menyampaikan bahwa sebagai perusahaan internasional yang telah beroperasi di Tiongkok selama hampir 40 tahun, Intel secara ketat mematuhi undang-undang dan peraturan yang berlaku di lokasi bisnisnya.

Intel selalu menjadikan keamanan dan kualitas produk sebagai prioritas dan secara aktif bekerja sama dengan pelanggan dan industri untuk memastikan keamanan dan kualitas produk. 

Dikutip Register pada Sabtu (19/10/2024), Intel mengatakan: “Kami akan terus berkomunikasi dengan departemen terkait untuk mengklarifikasi masalah penting dan menunjukkan komitmen kuat kami terhadap keamanan dan kualitas produk. 

Sebelumnya, Asosiasi Keamanan Siber Tiongkok (CSAC) menuduh Chipsilla memasang pintu belakang di “hampir semua” prosesornya sejak 2008.

Pintu belakang aplikasi adalah entri rahasia yang sengaja dibuat atau ditinggalkan secara tidak sengaja dalam suatu aplikasi. Pintu-pintu ini memungkinkan akses ke sistem atau jaringan tanpa harus melakukan prosedur keamanan normal seperti memasukkan kata sandi.

Produk Intel sering kali memiliki kerentanan keamanan yang dapat dieksploitasi dan memiliki tingkat kegagalan yang tinggi, kata asosiasi tersebut.

“Kelemahan utama Intel dalam mengelola kualitas dan keamanan produk menunjukkan pendekatan mereka yang sangat tidak bertanggung jawab terhadap konsumen,” kata kelompok tersebut.

Mengingat pangsa pasar Intel di Negeri Bambu cukup besar, CSAC menyerukan dilakukannya tinjauan keamanan siber terhadap produk Intel di China untuk melindungi keamanan nasional dan hak konsumen. Masalah keuangan Intel

Sebelumnya diberitakan, Qualcomm, produsen chip ternama, sedang menjajaki kemungkinan mengakuisisi raksasa teknologi Intel yang saat ini sedang bergelut dengan masalah keuangan.

CEO Qualcomm Cristiano Amon terlibat langsung dalam pembicaraan tersebut, menurut laporan Reuters, Minggu (22 September 2024), meski pembicaraan akuisisi masih menghadapi berbagai kendala.

Setelah berita merger tersiar, saham Intel naik 3,3%, sedangkan saham Qualcomm turun 2,9%. Intel, yang telah beroperasi di pasar selama lima puluh tahun, mengalami penurunan nilai aset sebesar 60% sejak awal tahun 2024, menjadikannya target pengambilalihan potensial.

Jika akuisisi ini berhasil, maka ini akan menjadi salah satu upaya pengambilalihan terbesar di sektor teknologi sejak Broadcom mencoba membeli Qualcomm seharga $142 miliar pada tahun 2018. miliaran, termasuk utang.

Namun, mengingat perusahaan hanya memiliki uang tunai sekitar $13 miliar, tidak jelas bagaimana Qualcomm akan membiayai akuisisi tersebut.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel