Bisnis.com, JAKARTA – Deadline pekerjaan, masalah hubungan percintaan, masalah keuangan, dan lain sebagainya menimbulkan stres, sehingga otak bereaksi dengan cara tertentu.

Oleh karena itu, otak meminta tambahan energi dari tubuh. Seperti yang dilaporkan oleh Harvard Health Publishing, istilah “respons melawan-atau-lari” berasal dari respons stres biologis.

Ketika tubuh terkena stres, ia mengalami beberapa reaksi. Seperti dilansir Wellwell Mind, ada beberapa tahapan dalam respons tubuh terhadap stres. Waspadai tanda-tanda awal stres: 1. Tahap alarm (peringatan)

Tahap alarm terjadi ketika tubuh bereaksi terhadap sesuatu yang menimbulkan stres. Sistem saraf mengirimkan reaksi tubuh yang biasanya dirasakan saat stres. Artinya, jantung Anda berdetak kencang, Anda berkeringat, napas Anda menjadi pendek, dan otot-otot Anda tegang. 2. Tindakan oposisi

Setelah fase alarm, tubuh Anda mencoba membuat Anda kembali normal. Detak jantung Anda melambat dan tekanan darah Anda kembali normal. 3. Tahap kelelahan (fatigue)

Jika Anda tidak merasakan keseimbangan tubuh kembali (rasanya seperti dua tahap terakhir berturut-turut), Anda mungkin sedang melalui tahap kelelahan. Biasanya, orang yang menderita stres kronis selalu berada dalam kondisi kelelahan. 4. Dampak yang dialami ketika manusia mengalami stres

Melihat latar belakang biologis, respons stres ada untuk memotivasi manusia agar bertahan hidup dengan memperingatkan mereka akan ancaman.

Namun, seringkali tingkat stres yang kita alami tidak sesuai dengan tingkat yang kita butuhkan. Anda mungkin gugup karena harus berbicara di depan umum. Namun alih-alih membuat Anda bersemangat, respons stres dan energi ekstra malah membuat Anda semakin gugup.

Untuk mengetahui hal ini, penting juga untuk dipahami bahwa meskipun dihadapkan pada situasi yang sama, setiap orang bereaksi dan memiliki tingkat stres yang berbeda-beda.

Terkadang, saat dihadapkan pada suatu masalah yang menurut Anda tidak serius, Anda mungkin merasa reaksi seseorang berlebihan. Karena otak orang lain mungkin melihat suatu situasi sebagai ancaman, namun otak Anda tidak.

Selain itu, jika Anda mengalami masalah jangka panjang (berputar saat fase kelelahan), hal ini dapat memicu masalah lain. Orang dengan stres kronis berisiko mengalami depresi, kecemasan, gangguan jantung, dan masalah pencernaan. Cara mengelola stres dengan baik 1. Temukan sesuatu yang cocok untuk menenangkan pikiran sejenak

Yang dapat menenangkan diri dari stres disebut dengan respon relaksasi. Anda harus mengulangi respons relaksasi hingga Anda memasuki fase resistensi.

Antara lain ada senam pernapasan dan senam gerak tubuh. Hal ini biasa terjadi pada olahraga Asia seperti yoga, karate, dan tai chi. Aktivitas yang menenangkan secara emosional, seperti aromaterapi atau mendengarkan musik yang menenangkan, juga dapat membantu. 2. Temukan hobi produktif yang akan membuat Anda tenang dalam jangka waktu lama

Respons yang tenang hanya berfungsi untuk menenangkan Anda sementara. Dalam jangka panjang, kebiasaan tertentu dapat membantu Anda membangun stabilitas mental melawan banyak stres.

Hal ini termasuk tidur yang cukup, berolahraga secara teratur, melakukan pembicaraan positif pada diri sendiri, dan belajar cara mengelola emosi. Hal ini akan membantu Anda merasa lebih percaya diri saat menghadapi masalah. 3. Ubah sikap Anda

Cara Anda memandang suatu masalah dapat mengubah respons stres Anda. Jika Anda bisa menyepakati apa yang penting dan punya rencana B, Anda akan bisa menghadapi masalah dengan lebih tenang. 4. Carilah dukungan sosial

Untuk meningkatkan kualitas hidup Anda, penting untuk menjaga hubungan dekat dengan orang yang Anda percaya. 

Jika Anda memiliki hubungan dekat dan komunikasi yang baik, Anda akan menerima dukungan emosional setiap kali Anda melakukan sesuatu. Ini akan memberi Anda kekuatan ketika menghadapi masalah. (Ilma Raihana)

Simak berita dan artikel lainnya dari Google News dan WA Channel.