Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkapkan Industri Hasil Tembakau (IHT) mengalami penurunan indeks kepercayaan industri (IKI) yang cukup dalam pada Mei 2024. Pelakunya adalah produk tembakau ilegal luar negeri.
Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febry Hendry Antony Arif mengatakan IHT menjadi satu-satunya industri yang mengalami kontraksi dengan pangsa sebesar 4,2% terhadap PDB. Sementara itu, penurunan tembakau baru terjadi pada kinerja indeks kepercayaan industri akibat penurunan komponen sisi produksi.
“Kami mendapat informasi bahwa IHT mengurangi produksi tembakaunya karena banyaknya rokok ilegal yang beredar di pasaran, terutama di luar Indonesia. kata Fabri dalam agenda tematik IKI Mei 2024, Kamis (30/5/2024).
Memang, Febry menyebut Indeks Keyakinan Industri (IKI) Mei 2024 berada pada posisi ekspansif, naik 0,20 poin menjadi 52,50 dari bulan sebelumnya 52,30. Dari 23 subsektor yang disurvei, 22 subsektor telah berkembang.
Kontribusi 22 subsektor tersebut terhadap PDB sebesar 96,8%. Hal ini, menurut Febry, menunjukkan subsektor industri pengolahan migas sedang aktif. Pihaknya mendorong pengendalian penyebaran tembakau ilegal.
Di sisi lain, ia menjelaskan industri yang mengalami ekspansi setelah sekian lama terpuruk adalah industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Fabri meyakini sektor tersebut akan mulai mendapat banyak pesanan sehingga produksinya meningkat hingga menguasai pasar nasional dan ekspor.
Namun dari Kementerian Perindustrian bersama asosiasi di bidang tekstil dan tekstil lainnya, kami akan terus memantau keberangkatan dari pelabuhan terhadap garmen atau produk tekstil yang masuk dalam pengumpulan kontainer kemarin, ”ujarnya.
Seperti diketahui, beberapa waktu lalu ribuan peti kemas yang terdampar di pelabuhan utama akibat pembatasan impor melalui Peraturan Menteri Perdagangan 36/2023 akhirnya dilepas menyusul kajian Permendag 8/2024.
“Kami akan memantau bagaimana peredarannya di pasar dan dampaknya terhadap industri tekstil. Begitu pula dengan industri yang kemarin mengalami perlambatan impor, dan pada Mei terus meningkat,” jelasnya.
Tak hanya tekstil, Febry meyakinkan Kementerian Perindustrian akan memantau dampak dari fleksibilitas impor di sektor-sektor seperti logam, elektronik, kosmetik, dan mineral non-logam (keramik).
“Kami akan terus memantau dampak pelepasan kontainer terhadap pesanan dan produksi industri,” tutupnya.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel.