Bisnis.com, JAKARTA — PT Indika Energy Tbk. (INDY) memasukkan belanja modal sebesar 47,7 juta dollar AS selama semester I/2024 atau setara Rp 781,9 miliar (kurs Jisdor Rp 16.394 pada 30 Juni 2024).

Dalam keterangan resminya, INDY menyebutkan belanja modal mencapai $47,7 juta selama semester I/2024, dimana 77% digunakan untuk pengembangan usaha non-batubara. Perusahaan tersebut di antaranya adalah Indika Mineral Investindo yang terutama mengerjakan proyek Awak Mas senilai US$28,7 juta. 

Lalu untuk Indika Nature US$ 3,1 juta, dan sisanya untuk Ilectra Motor Group (IMG) dan Kalista.

Vice President dan CEO Indika Energy Group, Azis Armand, mengatakan Indika Energy terus mengkaji ulang strategi operasionalnya untuk memastikan mampu beradaptasi dengan lingkungan dinamis yang terus membaik. 

“Kami yakin pengembangan portofolio perseroan akan membawa hasil jangka panjang dan nilai jangka panjang bagi seluruh pemangku kepentingan,” kata Azis dalam keterangan resmi.

INDY juga melaporkan bahwa pada Mei dan Juli 2024, Provinsi Luwu di Sulawesi Selatan, wilayah kerja proyek Awak Mas, mengalami serangkaian bencana banjir dan tanah longsor. Bencana alam ini berdampak pada kehidupan masyarakat lokal dan infrastruktur yang dibutuhkan untuk mengembangkan proyek. 

Saat ini, pembangunan proyek tersebut terus dilakukan secara bertahap. Meski mengalami beberapa penundaan, INDY yakin proyek Awak Mas bisa mulai beroperasi pada 2026.

Sebagai informasi, INDY membukukan laba periode berjalan karena kepemilikan induk sebesar 21 juta dolar dan laba kotor sebesar 21 juta dolar pada semester I/2024.

Indika Energy membukukan pendapatan sebesar US$1,196 miliar, turun 28,5% dari US$1,67 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Penurunan pendapatan ini terutama disebabkan oleh penurunan kontribusi Kideco dan Indika Indonesia Resources, akibat penurunan harga batubara Kideco dan penarikan Multi Tambangjaya Utama (MUTU). 

Harga jual rata-rata (ASP) batubara Kideco turun 23,9% menjadi US$ 62,6 per ton pada 6 bulan tahun 2024 dengan volume penjualan 14,8 juta ton, sesuai rencana produksi tahun 2024 yang telah disetujui dalam RKAB Kementerian ESDM. Sumber daya. 29,4 juta ton. 

Dari jumlah tersebut, Kideco menjual 5,5 juta ton batu bara atau 37% untuk pasar dalam negeri atau melebihi domestic market duty (DMO) batu bara yang sebesar 25%. 

Sementara itu, volume penjualan batu bara untuk pasar ekspor mencapai 63% dengan negara tujuan seperti Tiongkok, India, Korea Selatan, dan negara Asia Tenggara lainnya. Pada tahun 2024, pelaksanaan MUTU akan dikonsolidasi selama 2 bulan, setelah selesainya proses eliminasi pada bulan Februari 2024.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel