Bisnis.com, Jakarta – Pelaku usaha menilai Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang melemah pada Mei 2024 masih mencerminkan aktivitas perekonomian karena masih berada pada level optimis.

Shinta Vidjaja Kamdani, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apando), menilai penurunan IKK pasca Idul Fitri merupakan sesuatu yang wajar. Dia merujuk pada data historis IKK tahun-tahun sebelumnya yang mendatar pasca Idul Fitri.

Padahal, menurut kami, penurunan IKK pada Mei 2024 masih sangat mendukung terciptanya target pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan pemerintah sebesar 5%, karena penurunannya cukup lunak, ” kata Shinta, saat dihubungi, Senin. (10/6/2024).

Menurut dia, secara umum tingkat indeks hasil survei Bank Indonesia masih sangat solid dalam tingkat ekspansi. Meski demikian, ia mengaku khawatir dengan indeks ekspektasi pendapatan masyarakat yang menurun dibandingkan bulan Ramadhan dan Idul Fitri yang terdongkrak akibat Tunjangan Hari Raya (THR).

Di sisi lain, Shinta mengatakan tingginya suku bunga pinjaman saat ini juga membuat konsumsi barang tahan lama masyarakat berkurang.

Oleh karena itu, kita harus terus memantau apakah hal ini dapat dimaknai sebagai penurunan daya beli masyarakat secara signifikan dan terganggunya kemampuan dunia usaha untuk berekspansi, ujarnya.

Konsistensi kebijakan pemerintah yang mendukung kepercayaan dunia usaha dinilai menjadi faktor meluasnya kewirausahaan di sektor riil pada masa transisi pemerintahan saat ini. Shinta mengatakan dengan kebijakan yang mendukung dunia usaha dan investasi, kinerja sektor riil akan terus tumbuh positif sehingga meningkatkan lapangan kerja, pendapatan, dan daya beli masyarakat.

Sementara itu, Staf Ahli Himpunan Pengusaha Retail dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Yongky Susilo memperkirakan tanda-tanda konsumsi murah mulai terlihat mulai tahun 2023. Menurut dia, situasi ini dapat berdampak pada perluasan usaha rumahan dan investasi. .

“Sebenarnya mulai tahun 2023 dan seterusnya terlihat kinerja konsumsi yang buruk. Tahun 2024 juga sepertinya belum memenuhi ekspektasi pertumbuhan yang tinggi,” ujarnya saat dihubungi.

Oleh karena itu, guna memperkuat ekspansi dunia usaha di sisa tahun, pemerintah didorong untuk memperluas jangkauan konsumen kelas bawah dengan memberikan bantuan langsung tunai (BLT) atau bantuan sosial lainnya (BANSO) hingga akhir tahun. . Tambahkan pembelian.

Selain itu, Yongki juga mengusulkan agar pemerintah tidak mengeluarkan pajak baru hingga akhir tahun 2024 untuk memperkuat daya beli. Kestabilan harga kebutuhan pokok yang terjangkau juga dinilai penting.

Dari sisi dunia usaha, pemerintah bisa memberikan insentif bagi perluasan usaha di dalam negeri, kata Yongki.

“Ini semua tentang daya beli, penurunan harga, atau peningkatan pendapatan,” ujarnya.

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mencatat ekspektasi konsumen terhadap kondisi perekonomian pasca Lebanon atau Idul Fitri 2024 mengalami penurunan. 

Asisten Gubernur sekaligus Kepala Departemen Komunikasi BI ini menyampaikan, situasi tersebut tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Mei 2024 sebesar 125,2 dan berada pada level optimis (>100).

Pada bulan Mei 2024, IKK mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 127,7.

Indeks Kondisi Perekonomian Saat Ini (ICE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (ICE) pada Mei 2024 masing-masing tercatat sebesar 115,4 dan 135,0, meskipun turun dibandingkan masing-masing sebesar 119,4 dan 136,0.

Sementara itu, indeks ketersediaan lapangan kerja dan indeks pembelian barang tahan lama tidak mengalami perubahan, masing-masing sebesar 113,6 dan 112,7.

Selain itu, IEK terutama ditopang oleh ekspektasi laba sebesar 139,0, sedangkan ekspektasi ketersediaan lapangan kerja dan aktivitas dunia usaha juga tercatat berada di zona optimis masing-masing sebesar 134,5 dan 131,6.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel