Bisnis.com, MANGUPURA – Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan telah menghitung porsi pengadaan minyak sawit mentah (CPO) untuk menetapkan 40% bahan bakar biodiesel dari minyak sawit solar atau B40, agar tidak mengorbankan kebutuhan pangan.
Sementara itu, pemerintah akan segera menerapkan kebijakan mandatori biodiesel B40 pada 1 Januari 2025, dan berencana meningkatkannya menjadi B50 setahun kemudian.
Wakil Menteri Pertanian Sudariono mengatakan peningkatan campuran biodiesel akan terus dilakukan secara bertahap melalui kajian menyeluruh hingga mencapai B100. Hal ini juga perlu diimbangi dengan produktivitas kelapa sawit.
“Kita khawatir kalau itu berdasarkan hitung-hitungan, kalau jadi B, nanti dihilangkan berapa, alhasil produktivitasnya harus meningkat, sudah dilakukan kajian,” kata Sudariono usai pembukaan Konferensi Sawit ke-20. di Indonesia. 2024, Kamis (11/7/2024).
Terkait penghitungan pembagian pangsa pasokan biodiesel dan CPO pangan, Sudario mencontohkan Brazil terkait penggunaan bioetanol dari bahan baku tebu.
Mirip dengan Brazil, dia mengatakan pemerintah Indonesia punya cara tersendiri dalam mengalokasikan porsi CPO untuk kebutuhan pangan, ketahanan energi, dan ekspor.
“Tentu saja ekspektasi antara etanol dan gula di Brazil sama, jadi kami punya fleksibilitas agar industri lokal tidak terpengaruh oleh banyak kebijakan yang ada. Kami juga ingin memadukan biodiesel dengan ekspor minyak sawit,” ujarnya.
Ia juga menilai pembentukan biodiesel B40 dan B50 dapat menjadi pertukaran Indonesia dengan dunia. Dengan begitu, petani dan pengusaha sawit juga mempunyai kepastian pasokan yang dihasilkan bisa diserap pasar.
Hal ini sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto untuk keberlanjutan dan ketahanan energi, yaitu meningkatkan porsi bahan baku nabati menjadi B35, B40, B50.
“Ini adalah rencana yang bagus, pilihan yang bagus, tapi ada konsekuensi yang harus kita diskusikan bersama, lalu kita akan membuat semacam kebijakan. Artinya, jika porsi B lebih besar maka akan berkurang dari peredaran. Produktivitas energi harus kita tingkatkan,” tutupnya.
Selain itu, Edi Martono, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), mengatakan bahwa selama tahun 2024, industri kelapa sawit menunjukkan pemulihan dari segi harga yang berada dalam tren meningkat.
Pihaknya juga optimistis dengan prospek industri ke depan, didorong oleh program wajib biodiesel yang dicanangkan pemerintah.
“Optimisme ini didorong oleh beberapa faktor, antara lain program biodiesel B40 yang dicanangkan pemerintah Indonesia diharapkan dapat meningkatkan konsumsi dan dampak domestik dari momentum produksi dan ekspor,” jelasnya.
Gapki mengatakan produksi minyak sawit akan mencapai 34,7 juta ton pada Agustus 2024, dengan ekspor termasuk biodiesel dan oleokimia berjumlah lebih dari 20,1 juta ton.
Devisa yang diperoleh dari ekspor mencapai 17,349 juta dollar atau memberikan kontribusi sekitar 10%, sedangkan konsumsi dalam negeri sebesar 15,6 juta ton.
“Namun, perilaku ini lebih sedikit dibandingkan tahun lalu. Pada periode yang sama, produksinya mencapai 36,2 juta ton, ekspor 21,9 juta ton, dan nilainya di atas 20,597 juta dollar AS,” jelasnya.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel