Bisnis.com, JAKARTA – Saham emiten negara, PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) terlihat melemah pada akhir sesi perdagangan I hari ini (05/07/2024) di tengah kabar penurunan produksi gas bumi PGAS secara positif.
Saham PGAS terkoreksi 0,66% atau 10 poin ke Rp 1.495 per saham, berdasarkan data RTI Business pada pukul 13:00 WIB. Saham PGAS diperdagangkan di zona merah, berkisar Rp 1.505 hingga Rp 1.480 selama sesi tersebut. Saham PGAS pun melemah 0,66% menjadi Rp 1505 pada akhir perdagangan Senin (06/05).
Frekuensi perdagangan saham PGAS hari ini tercatat 2.989 kali dengan volume 14,2 juta lembar saham. Nilai transaksi saham PGAS siang ini sebesar Rp 21,21 miliar.
Namun pada pekan perdagangan, saham PGAS menguat 13,26% dan secara year-to-date (YTD) saham PGAS menguat 31,42%. Sedangkan kapitalisasi pasar PGAS tercatat sebesar Rp 36,24 triliun hingga tulisan ini dibuat.
Pelemahan stok PGAS selama 2 hari terakhir ini terjadi tak lama setelah PGN melaporkan bahwa jangka waktu beberapa kontrak produksi gas bumi dengan PGN mengalami penurunan produksi karena berbagai kondisi yang ada di hulu, salah satunya adalah penurunan alami minyak. dan produksi sumur gas serta perbaikan dan pemeliharaan sumur, baik terjadwal maupun tidak terjadwal.
Mengingat situasi pasokan gas bumi saat ini yang menghadapi kerusakan alam atau kondisi hulu lainnya, PGN memutuskan untuk memberlakukan kuota volume gas untuk seluruh pelanggan karena keandalan jaringan gas dan keamanan jaringan gas yang berisiko tinggi.
“PGN berupaya untuk memenuhi kebutuhan pelanggan seoptimal mungkin, namun seiring dengan semakin menurunnya pasokan gas, sebagai distributor gas hilir, kami berupaya memastikan distribusi gas berkeadilan bagi seluruh pelanggan,” kata Sekretaris Perusahaan PGN. Rachmat Hutama dalam siaran persnya, awal pekan ini.
Selain pemerataan distribusi gas bumi, PGN juga memberikan perhatian khusus terhadap keamanan jaringan gas guna menghindari terjadinya kejadian yang tidak diinginkan.
“Kami mohon bantuan dan kerjasama seluruh pelanggan agar dapat mematuhi peraturan yang berlaku untuk menjaga keselamatan distribusi gas ke seluruh pelanggan,” kata Rachmat.
Selain itu, kepentingan pelanggan lainnya juga mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan volume berdasarkan ketersediaan pasokan yang ada dimana pasokan gas saat ini dalam posisi menurun.
“Kami tidak bisa memprioritaskan satu atau beberapa pelanggan saja. “Pemerataan distribusi energi ini dapat mendorong keandalan rantai pasok dan pemanfaatan gas bumi di sisi hilir domestik sehingga memberikan multiplier effect bagi perekonomian nasional,” ujarnya.
Berdasarkan seluruh informasi yang diberikan kepada pelanggan, termasuk pertemuan pelanggan yang dilakukan pada awal dan akhir Maret 2024 dengan manajemen PGN, karena kekurangan pasokan gas bumi saat ini, ditawarkan alternatif gas bumi atau LNG sebagai pengganti atau solusi yang paling layak.
Kuantitas yang dijamin mengikuti permintaan pelanggan yang ada dari sudut pandang komersial dan mengikuti peraturan harga yang dirumuskan regulator, termasuk dinamika kondisi harga energi global terkini.
Sisi baiknya, regulator dan PGN sebagai distributor berupaya semaksimal mungkin untuk menyediakan gas bumi dalam jumlah besar kepada konsumen dalam negeri, kata Rachmat.
Pada saat yang sama, PGN juga berupaya memenuhi kebutuhan gas bumi di seluruh segmen pelanggan dengan menyediakan solusi LNG. Upaya yang dilakukan antara lain dengan menggunakan alokasi pasokan LNG yang diumumkan oleh SKK Migas dan akan dimulai dengan serangkaian pemuatan LNG pada Mei 2024.
Prospek saham PGAS
Dari sisi kinerja keuangan, PGAS diketahui mencatatkan peningkatan laba bersih sebesar US$121,13 juta atau setara Rp 1,92 triliun (kurs Rp 15.873 per dolar AS) pada kuartal I 2024. Laba tersebut naik 40,79. % dari kuartal pertama tahun 2023 sebesar $86,03 juta.
Peningkatan laba ini seiring dengan peningkatan pendapatan menjadi US$949,33 juta atau setara Rp15,06 triliun pada kuartal I 2024, meningkat 1,66% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 933,74 juta dollar AS.
Sedangkan kinerja pendapatan ditopang oleh penjualan pihak ketiga sebesar $630,52 juta, sedangkan penjualan kepada pihak berelasi tercatat sebesar $318,80 juta.
Meski pendapatan meningkat, biaya pokok turun menjadi $737,55 juta atau setara Rp 11,70 triliun. Biaya tersebut turun 2,55% dari tahun ke tahun menjadi $756,90 juta.
Hasilnya, laba kotor tercatat sebesar USD 211,77 juta atau setara Rp 3,36 triliun. Laba tersebut meningkat 19,75% dibandingkan laba kuartal I 2023 yang tercatat sebesar $176,84 juta.
Kemudian, total liabilitas per Maret 2024 tercatat sebesar $3,05 miliar atau kurang dibandingkan periode yang berakhir pada tahun 2023 yang tercatat sebesar $3,05 miliar. Rinciannya adalah liabilitas jangka panjang sebesar $1,54 miliar dan liabilitas lancar sebesar $1,5 miliar.
Selain itu, total aset PGAS tercatat sebesar $3,67 miliar pada Maret 2024, naik dibandingkan saldo akhir tahun 2023 yang tercatat sebesar $3,54 miliar. Hasilnya, total neraca mencapai $6,72 miliar.
Menyusul hasil kinerja tersebut, tim analis JP Morgan yang dipimpin oleh Arnanto Januri menyoroti kejutan positif pada margin distribusi gas selama 3 bulan pertama tahun 2024 dalam makalah penelitian yang diterbitkan pada 30 April 2024.
Margin distribusi gas meningkat 44% year-over-year (YoY) menjadi $2,25/MMBTU selama periode tersebut, didukung oleh peningkatan pendapatan sebesar 41% dari tahun ke tahun.
Menurut analisis mereka, margin distribusi yang lebih tinggi dari perkiraan disebabkan oleh sejumlah faktor utama. Pertama, kendala pasokan gas yang terjadi saat ini mengakibatkan diberlakukannya kuota volume untuk pelanggan, dimana PGAS juga mengenakan biaya tambahan untuk volume gas yang melebihi alokasi. Kedua, biaya gas yang lebih rendah dalam kontrak blok perantara baru sebesar $5,4/MMBTU dibandingkan $5,9/MMBTU sebelumnya.
“Margin distribusi gas kemungkinan akan mencapai puncaknya pada kuartal pertama tahun 2024. Kami masih menyadari kendala pasokan gas jangka panjang yang pada akhirnya memerlukan campuran LNG yang lebih tinggi dan lebih mahal untuk menampung volume, sehingga menunjukkan margin yang lebih rendah,” katanya. seorang analis
Selain menaikkan rekomendasinya dari underweight menjadi netral yang disebut hold, JP Morgan juga menaikkan target harga PGAS dari Rp 1.090 menjadi Rp 1.370. Analis juga menaikkan proyeksi laba untuk tahun 2024 dan 2025 karena margin distribusi gas yang lebih tinggi, meskipun ada sedikit revisi negatif pada item pendapatan karena volume yang lebih rendah.
____________
Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel