Bisnis.com, Jakarta – Manajemen Maskapai Negara, Pt Garuda Indonesia (Persero) TBK. (GIAA) percaya bahwa peningkatan dalam kinerja mendasar akan berlanjut, meskipun kinerja keuangan hingga kuartal ketiga 2024 masih menderita kerugian US $ 131,22 juta atau setara dengan IDR 2 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan pada akhir September 2024, GIAA memiliki pendapatan operasional sebesar USD 2,56 miliar selama 9 bulan pertama tahun ini. Kinerja ini 15% lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu, yang mencatat $ 2,23 miliar.
Pendapatan operasi GIAA didukung oleh segmen penerbangan yang dijadwalkan, yang berjumlah $ 2,01 miliar, atau peningkatan 17% tahun-ke-tahun (YOY). Penerbangan yang tidak dijadwalkan juga mencatat peningkatan tahunan 6% menjadi $ 291,15 juta.
Presiden Garuda Indonesia Irfaniaputra mengatakan peningkatan laba operasi pada periode Januari-September 2024 mencerminkan lalu lintas penumpang perusahaan, yang mencapai 17,73 juta, atau peningkatan 24% tahun-ke-tahun.
“Ini karena Garuda Indonesia membawa 8,34 juta penumpang, atau peningkatan 45%, sementara 9,39 juta penumpang Citilink meningkat 10%,” pungkasnya dalam sebuah pernyataan tertulis pada hari Kamis (31/10/2024).
Namun, di tengah kenaikan pendapatan, GIAA mencatat biaya operasional $ 2,38 miliar pada kuartal ketiga 2024, naik dari tahun sebelumnya ketika biaya adalah $ 1,99 miliar.
Irfan menjelaskan bahwa dengan peningkatan aktivitas penerbangan pada fase pasca-pandemi, GIAA mengalami tekanan kinerja karena biaya operasi, yang meningkat sebanyak 20% karena sejumlah faktor.
“Ini termasuk biaya pemeliharaan dan perbaikan, biaya layanan penumpang, biaya bandara dan biaya operasi pesawat. Ini pada akhirnya akan berdampak memperlambat pertumbuhan kinerja, yang diperkirakan akan meningkat secara bertahap hingga akhir 2024, ”kata Irfan.
Setelah mengumpulkan pendapatan dan pengeluaran lainnya, GIAA mencatat kerugian yang disebabkan oleh perusahaan induknya sebesar $ 131,22 juta. Jumlah ini telah meningkat dibandingkan dengan kerugian pada periode yang sama tahun lalu, yaitu DKK 72,38 juta. Rp.
Irfan menambahkan bahwa di tengah penurunan profitabilitas, GIAA melakukan upaya yang konsisten untuk mempertahankan penguatan indikator kinerja. Langkah ini tercermin dalam EBITDA perusahaan, yang mendaftarkan 11% tahun-ke-tahun menjadi $ 685,81 juta per tahun. Quarter III/2024.
Dalam pengembangan lain, kementerian Bumn yang dipimpin oleh Erick Thohir berencana untuk merombak komposisi manajemen GIAA pada pertemuan umum yang luar biasa pada November 2024.
Dewan Direksi Garuda Indonesia mengatakan EGM akan diadakan pada 15 November 2024 di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang. Satu -satunya agenda untuk pertemuan tersebut adalah perubahan dalam komposisi manajemen GIAA.
“Item agenda ini adalah proposal dari perusahaan milik Kementerian Negara [Bumn] Republik Indonesia sebagai pemegang saham Serie A Dwiwarna melalui Nomor Surat: SR-463/MBU/09/2024 bertanggal 24 September 2024,” Direktur GIAA menulis dalam pernyataan pengungkapan.
Pada 15 Agustus 2024, GIAA benar -benar mengadakan EGM dengan agenda yang sama. Pada saat itu, para pemegang saham memutuskan untuk menunjuk TNI Mayor Jenderal (pensiunan) Glenny Kairupan sebagai Komisaris Perusahaan.
__________________________________
Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham apa pun. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel