Bisnis.com, Medan – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mendorong lebih banyak petani sawit untuk berpartisipasi dalam Program Pembaruan Kelapa Sawit Rakyat (PSR). Apalagi pada masa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto saat ini.
Presiden Gabke Edi Martono mengatakan swasembada yang didorong oleh minyak sawit menjadi fokus pemerintahan Presiden Prabowo Subianto untuk mengantisipasi risiko konflik global. Penekanannya adalah pada kesiapan bahan baku, dengan mempertimbangkan penurunan produktivitas kelapa sawit dalam beberapa tahun terakhir.
Data Gabke menunjukkan, pada tahun pertama peluncurannya, proyek PSR hanya mampu menyasar lahan seluas 13.337 hektar (20.780 hektar). Pencapaian luas maksimum meningkat menjadi 91.433 hektar dari 180.000 hektar pada tahun 2020, namun kembali menurun pada tahun berikutnya.
Hingga November, capaian PSR nasional hanya sekitar 30.102 hektare. Padahal, target PSR pada 2024 seluas 120.000 hektar, turun dibandingkan target tahun lalu sebesar 180.000 hektar per tahun.
“Ini sangat penting. Kalau tidak segera diatasi, akan menjadi sangat serius,” kata Eddy pada focus group Discussion (FGD) isu sawit Indonesia tahun 2024 di Medan.
Sementara itu, pemerintah meluncurkan Program Pemulihan Kelapa Sawit Rakyat pada tahun 2017 sebagai langkah untuk meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan usaha tanaman akar rumput dengan menyediakan dana untuk peremajaan.
Namun tampaknya pemerintah masih perlu berbuat lebih banyak untuk mengangkat tren rehabilitasi kebun petani yang tidak produktif, mengingat penerapan sistem PSR setiap tahunnya masih jauh dari target.
Hero Triwidarto, Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian RI, membenarkan rendahnya produktivitas perkebunan kelapa sawit skala kecil yang mencakup 40% luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Ia juga mengatakan produksi minyak sawit milik negara dan perusahaan besar masih jauh dari potensinya.
Herro mengatakan semua orang harus bekerja sama untuk mempertimbangkan kebijakan energi baru secara mandiri, salah satunya adalah tentang peningkatan bahan bakar dari B40 ke B50.
“Pemerintah mendorong perusahaan-perusahaan besar, badan usaha milik negara, dan petani kecil untuk meningkatkan produksi guna membantu menyediakan energi, kemandirian, dan swasembada pangan. Ada peluang untuk menanam minyak sawit saja, kita memerlukan tambahan 6,6 juta ton minyak sawit. Jika kita menerapkan perluasan ini, kita memerlukan 2,3 juta hektar lahan baru untuk pertanian, dan hal ini akan sangat sulit dilakukan.” Heru melalui pertemuan tersebut menyampaikan agenda yang sama.
Hero menambahkan, hal termudah dan termudah yang bisa dilakukan untuk mendukung program swadaya adalah dengan meningkatkan produktivitas pada peternakan yang sudah ada. Ia menambahkan, para petani harus dibantu untuk meningkatkan produksi tanaman komoditas tersebut, yang merupakan kontribusi penting terhadap devisa negara.
“Saya menghimbau pemerintah dan peternakan besar untuk memperhatikan petani kecil dan bekerja sama untuk meningkatkan produktivitas peternakan rakyat melalui program PSR,” tambah Hero.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel