Bisnis.com, JAKARTA – Presiden dan Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas mengatakan pihaknya lebih memilih produksi katoda tembaga dari smelter PTFI diserap produsen dalam negeri.

Sedangkan PTFI memiliki dua unit smelting yaitu PT Smelting dan Tavič Manyar yang berlokasi di Manyar, Gresik, Jawa Timur. 

PT Smelting merupakan smelter pertama PTFI yang dibangun pada tahun 1996 bersama konsorsium Jepang dan dioperasikan oleh Mitsubishi, sebagai bentuk kepatuhan PTFI terhadap kontrak Pekerjaan II.

Tony mengatakan, kapasitas produksi katoda tembaga PT Smelting saat ini mencapai 330.000 ton per tahun. Dari total produksi tersebut, sebanyak 200.000 ton tembaga katoda telah diserap di dalam negeri dan sisanya masih diekspor.

Sedangkan smelter Manyar merupakan fasilitas pemurnian dan pengolahan konsentrat tembaga kedua milik PTFI sebagai wujud komitmen PTFI dalam memenuhi persyaratan yang tertuang dalam Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).

Targetnya, produksi pabrik Manyar bisa tercapai 100% atau penuh pada Januari 2025. Pabrik peleburan tembaga single-line terbesar di dunia ini mampu memurnikan konsentrat tembaga dengan kapasitas input 1,7 juta ton konsentrat dan menghasilkan 600.000-700.000 tembaga. katoda per tahun.

Tony pun berharap seluruh hasil produksi smelter PTFI bisa diserap oleh produsen dalam negeri.

“Saat ini produksi katodanya sebagian masih diekspor. Tapi kalau dalam negeri, jelas kita akan utamakan dalam negeri ya, biar industri hilirnya lebih baik lagi,” kata Tony kepada Bisnis, Jumat (10/11/2024). .

Tony menilai katoda tembaga PTFI belum sepenuhnya terserap ke pasar dalam negeri karena konsumsi katoda tembaga dalam negeri masih sedikit.

Oleh karena itu, ia berharap industri hilir dalam negeri bisa tumbuh sehingga katoda tembaga bisa terserap maksimal.

“Saya berharap industri dalam negeri tumbuh dan konsumsi katoda tembaga bisa terserap di dalam negeri meski bertahap,” ujarnya.

Sebab, jika seluruh katoda tembaga milik PTFI bisa diserap industri dalam negeri, menurut Tony, hal itu bisa mengurangi impor bahan baku dan memberi nilai tambah pada produk dalam negeri.

“Iya, kalau nilai tambah di pasar dalam negeri pasti lebih baik. Apalagi nilai tambah kalau industri [penyerap katoda] muncul,” kata Tony.

Institute for Economic Development and Finance (Indef) sebelumnya menilai bisnis smelter tembaga PT Freeport bisa mengurangi ketergantungan impor bahan baku katoda dalam negeri.

Peneliti Indef Abra Talattov mengatakan, selain mengurangi ketergantungan impor katoda dalam negeri, produksi smelter ini juga dapat memenuhi kebutuhan industri dalam negeri.

Dan yang kedua, tentunya kita juga bisa membanjiri atau mengekspor produk-produk hasil penambangan tembaga, kata Abra saat dihubungi, Senin (23/9/2024).

Abra mengatakan, keberadaan smelter tembaga ini bisa mendongkrak negosiasi dengan negara-negara yang membutuhkan katoda. Tak hanya itu, keberadaan pengecoran ini juga bisa menjadi salah satu cara untuk menarik investasi langsung ke dalam negeri.

“Jadi pilihannya ada dua, ayo ekspor ke industri di negara lain. Atau kita tarik, itu jadi stimulus untuk menarik investasi masuk ke dalam negeri,” ujarnya.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel