Bisnis.com, TANGERANG – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berupaya merekonsiliasi turunan Keputusan Presiden (Perpres) No. 

Penerimaan peraturan Menteri yang mengatur pembangunan fasilitas penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) diharapkan selesai dalam tiga bulan ke depan. 

Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Noor Arifin Muhammad mengatakan pihaknya mendorong pembentukan peraturan tersebut sebagai tindak lanjut pelaksanaan pengembangan simpanan karbon di Tanah Air. 

Sedang direncanakan, Menteri ESDM [Arifin Tasrif] mau dua sampai tiga bulan ke depan selesai, kata Noor di sela panel IPA Convex ke-48 di ICE BSD City, Rabu (15). . /5/2024).

Noor mengatakan, reformasi yang dihasilkan dari pesan presiden tersebut antara lain regulasi obligasi karbon, proses penyiapan izin karbon, lelang, dan izin eksplorasi. 

Ia menambahkan, kementeriannya sedang membahas sejumlah peraturan yang bisa dibuat untuk mengatasi tantangan emisi karbon. 

“Dari persoalan ini diharapkan CCS bisa berjalan karena undang-undangnya belum ada,” ujarnya. 

Pertama, Repsol Indonesia menunggu kenyataan harga karbon yang baik untuk mengembangkan penangkapan dan penyimpanan karbon di Indonesia.  

Manajer Pemasaran dan Strategi Ekonomi Repsol Indonesia Teresita Listiani mengatakan pemulihan biaya produksi atau cost recovery menjadi kunci pertimbangan pengembangan CCS untuk aset Repsol di blok Sakakemang Indonesia.  

“CCS perlu kita kembangkan dalam kerangka Perjanjian Kerja Sama [PSC] dan industri sedang mencari kebijakan untuk harga karbon yang baik,” kata Teresita di Panel Diskusi Cvex IPA ke-48, ICE BSD City, Rabu (15/5/2024 ) Menurut Ma. .

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengindikasikan bahwa biaya pengembangan CCS terutama dipengaruhi oleh kegiatan penangkapan karbon dioksida (CO2), yaitu 73% dari total biaya.  

Menurut studi yang dilakukan oleh Economic Research Institute for Asia and East Asia (ERIA), biaya penangkapan karbon adalah sekitar US$45,92 per ton dan penyimpanannya adalah US$15,93 per ton. 

Namun, menurut penelitian Boston Consulting Group (BCG), nilai pasar CCS diperkirakan mencapai US$134 miliar pada tahun 2030, yang berasal dari aktivitas penyimpanan, transportasi, dan penyerapan karbon.  

Selain itu, nilai pasar CCS diperkirakan mencapai US$ 440 miliar pada tahun 2040 atau meningkat 26% dari keadaan tahun 2020 yang berada di level US$ 4 miliar. 

Berdasarkan penemuan 20 cekungan produksi, Kementerian ESDM memperkirakan stok karbon lokal pada akuifer garam dapat mencapai 572,77 gigaton CO2 (karbon dioksida), lebih tinggi dibandingkan perkiraan tahun 2015 sebesar 9,7 gigaton CO2.   

Saat ini, angka terbaru menyebutkan jumlah penyimpanan minyak dan gas yang dikonsumsi sebesar 4,85 gigaton CO2, naik dari angka tahun 2015 sebesar 2,5 gigaton CO2.  

Hasil studi lain yang dilakukan ExxonMobil memperkirakan 80 gigaton CO2 di air asin, sedangkan hasil studi Rystad Energy memperkirakan lebih dari 400 gigaton CO2 di cadangan minyak termasuk gas dan akuifer air payau di Indonesia.   

Saat ini, terdapat 128 lapangan migas yang bisa dikembangkan. Saat ini ada 27 mangkok yang dalam tahap pencarian dan 1 lagi belum datang artinya belum dicari.   

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel