Bisnis.com, Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengimbau konsumen listrik untuk menggunakan pemutus arus sisa arus lebih (RCBO) untuk mencegah kebakaran akibat perubahan arus listrik secara tiba-tiba.

Seperti yang Anda ketahui, RCBO bekerja dengan membandingkan arus yang masuk dan keluar rangkaian. Jika terdapat perbedaan arus masuk dan arus keluar yang menandakan sedang mengalir maka RCBO akan langsung memutus aliran listrik.

RCBO berbeda dengan MCB yang berfungsi untuk melindungi rangkaian listrik dari beban lebih dan korsleting.

RCBO efektif dalam memutus aliran listrik ketika arus saluran yang menyebabkan kebakaran terdeteksi, kata Jasman P. Hotajulu, kepala petugas kelistrikan. Selain itu, jumlah kebakaran yang disebabkan oleh jaringan listrik akhir-akhir ini semakin meningkat.

“Kami akan terus memikirkan bagaimana kita dapat menggunakan listrik ini dengan aman dan mencegah kebocoran, karena kebocoran listrik merupakan salah satu penyebab kebakaran.” Jessman dikutip dari laman ESDM, Senin (7/10/2024).

Menurut Jesman, meski menggunakan peralatan yang memenuhi standar nasional, risiko kebakaran tetap tinggi jika tidak dilakukan tindakan pencegahan yang ketat, apalagi jika potensi kebocoran arus tidak ditangani. 

Salah satu alat proteksi yang dapat digunakan untuk mencegah resiko sengatan listrik dan kebakaran pada instalasi listrik yang bersentuhan langsung dengan manusia adalah RCBO atau Alat Pelindung Arus Residual (GPAS). 

“Alat ini dapat melindungi dari risiko kecelakaan listrik atau kebocoran arus yang dapat merusak peralatan listrik dan menimbulkan kebakaran,” ujarnya.

Oleh karena itu, Jesman menilai perlu adanya mitigasi untuk mencegah terjadinya kecelakaan berbahaya di gedung fasilitas umum. 

Menurut Jasman, pemerintah akan memperluas pengukuran arus bocor di lembaga-lembaga publik dengan bantuan Lembaga Pengendalian Teknis Tegangan Rendah (LIT-TR). LIT-7 TR memerlukan peralatan untuk menguji arus bocor selama inspeksi dan pengujian instalasi.

Oleh karena itu, dengan diperolehnya data lapangan terkait arus bocor dapat menjadi bahan pertimbangan pemerintah dalam merumuskan kebijakan penggunaan nilai batas arus bocor GPAS untuk diterapkan pada fasilitas yang menggunakan listrik khususnya di tempat umum. ‘item bangunan,’ kata Jessman.

Diberitakan sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sedang mencari cara untuk mengatasi permasalahan kebakaran akibat korsleting listrik.

CEO Listrik Jasman P Hotajulu mengatakan kebakaran yang disebabkan oleh kabel listrik terus meningkat. Kebakaran salah satunya terjadi di gedung Badan Keselamatan Laut (Bakamla).

“Sangat memprihatinkan, bangunan yang sangat vital masih menyala. Entah kelistrikan atau tidak, tapi banyak kebakaran,” kata Jasman di acara Electrical Safety Awards 2024. 10/2024).

Menurut Jesman, pihaknya sudah menerapkan Certificate of Proficiency in Operation (SLO) sejak 10 tahun lalu.

Namun, menurut Jessman, fasilitas kelistrikan yang ada tidak pernah diperiksa ulang sebelum LSO diberlakukan.

Beliau mengatakan: “Saya kira kalau SLO ini diterapkan belum terlalu lama, mungkin lebih dari 10 atau 15 tahun yang lalu, tapi barang-barangnya belum pernah diperiksa, jadi tanggung jawab kita bersama.”

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel