Bisnis.com, Jakarta – Prajogo Pangestu Dipersembahkan oleh PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) mendapat fasilitas pinjaman sebesar US$ 600 juta atau Rp 9,75 triliun (kurs Rp 16.251) dari PT Bank OCBC NISP Tbk. (NISP) dan Oversea-Chinese Banking Corporation Limited.
Sesuai dengan ekspektasi, TPIA telah mendapatkan pinjaman berjangka senior sebesar US$600 juta. Biaya ini dapat dibayarkan dalam Dolar AS, Yuan Tiongkok, atau Rupiah Indonesia.
Jangka waktu pinjaman adalah tujuh tahun dengan opsi perpanjangan tiga tahun berikutnya. Dana ini dapat digunakan untuk TPIA umum namun tidak dapat digunakan untuk mendanai kegiatan terkait batubara.
Hukum yang berlaku pada Perjanjian ini adalah hukum Singapura dan setiap perselisihan yang mungkin timbul akan diselesaikan secara final dan eksklusif melalui arbitrase sesuai dengan Peraturan Arbitrase dari Pusat Arbitrase Internasional Singapura (SIAC).
Sebelumnya, TPIA telah mengumumkan pinjaman satu kali sebesar Rp 4 triliun dari Bank Mandiri (BMRI).
Pinjaman dari BMRI ini berjangka waktu tujuh tahun dan ditujukan untuk mendukung operasional dan pengembangan bisnis PT Chandra Daya Investments (CDI), anak perusahaan Chandra Asri Group yang bergerak di bidang investasi real estate.
Chief Financial Officer Chandra Asri Group Andre Khor menyatakan keyakinannya bahwa investasi ini akan mencapai pertumbuhan yang signifikan melalui pembangunan infrastruktur dan ekspansi masa depan yang berfokus pada pembangkitan dan distribusi listrik, pengolahan air, tangki dan pelabuhan.
Sedangkan berdasarkan laporan keuangan publikasi, TPIA melaporkan kerugian sebesar US430,11 juta atau Rp525,82 miliar pada kuartal I 2024. Bahkan pada kuartal I 2023, TPIA meraup keuntungan sebesar 8,57 juta dollar AS.
Kerugian tersebut disebabkan oleh penurunan pendapatan pada kuartal I 2024 dan peningkatan pada kuartal I.
TPIA mencatatkan total US$471,91 juta atau setara Rp7,49 triliun. Jumlah tersebut sebesar 502,31 juta dollar AS dibandingkan periode yang sama tahun lalu, turun 6,05 persen.
Meski mengalami penurunan laba, namun laba sementara pada kuartal I 2024 sebesar USD 471,39 juta atau Rp 7,48 triliun. Jumlah tersebut meningkat menjadi 468,96 juta dollar AS dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya.
Ketua TPIA Suryandi mengatakan biaya mata uang meningkat signifikan karena harga rata-rata yang lebih tinggi dan mengatakan harga rata-rata nafta pada kuartal I tahun 2024 adalah 651 dolar AS per ton, sedangkan harga rata-rata nafta adalah 682 dolar AS per ton. ton. Kuartal tahun 2023.
Di sisi lain, TPIA mencatatkan utang sebesar US$ 2,41 miliar atau setara dengan US$ 2,62 triliun pada akhir tahun 2023. Berdasarkan informasi, utang jangka panjang sebesar 1,81 miliar dolar AS dan utang jangka pendek sebesar 601,85 juta dolar AS.
Total ekuitas per Maret 2023 tercatat sebesar US$ 2,96 miliar. Sementara itu, total aset TPIA terlihat menurun menjadi US$5,37 miliar pada akhir tahun 2023 dibandingkan US$5,61 miliar.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel